Berjuang untuk lolos terpilih menjadi Sosialisator Program Literasi Nasional 2021 (SPL Nasional 2021) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak sekali tantangan yang menghadang di setiap derap langkah pelaksanaan sosialisasi Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional). Pada saat kunjungan ke sekolah, terkadang pihak sekolah kurang respon terhadap itikad baik untuk membangun budaya literasi demi kemajuan bangsa. Banyak sekali ekspresi sinis yang terlontar akibat adanya biaya pendaftaran untuk terlibat dalam GSMB Nasional. Secara ekonomis, sebenarnya biaya tersebut terlampau murah yaitu Rp. 50.000 per siswa atau pun guru tetapi dijadikan tameng untuk menghindar dari kegiatan akbar ini. Tantangan pun semakin membesar ketika munculnya peningkatan kasus Covid-19 secara signifikan di Provinsi Papua Barat terkhusus di Kabupaten Manokwari. Semua rutinitas warga tersandung dalam PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) demi memutuskan mata rantai penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Tantangan sebagai Momen untuk Berjuang dan Bahagia saat Lolos Terpilih
Terhadap beberapa tantangan tersebut, apa yang harus dilakukan? Sebuah pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban tanpa tedeng aling-aling. Jawaban harus lahir dari kedalaman jiwa tentang komitmen menyalakan masa depan Indonesia melalui literasi. Oleh karena itu, tantangan harus dilihat sebagai momen untuk berjuang karena pada hakikatnya hidup adalah perjuangan (life is struggle). Aktualisasi perjuangan yang dilakukan adalah pendekatan pribadi (personal approach) dengan kepala sekolah melalui tatap muka atau pun komunikasi lewat handphone. Selain itu, perjuangan yang tidak kalah pentingnya adalah rutin melakukan visitasi atau kunjungan ke semua jenjang pendidikan baik SD, SMP maupun SMA/SMK yang ada di Kabupaten Manokwari. Kunjungan ini bertujuan untuk mensosialisasikan GSMBN dengan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan.
Tidak dapat dipungkiri, dari perjuangan tersebut, ada 5 sekolah yang bersedia untuk mendaftar yakni SD Inpres 42 Taman Ria, SDN 05 Sanggeng, SD Yapis 02 Reremi, SMPN 2 Manokwari dan SMPN 6 Manokwari. Kelima sekolah ini menjadi langkah mulus untuk meraih kesuksesan. Dan fakta membuktikan itu ketika dinyatakan lolos seleksi sebagai Sosialisator Program Literasi Nasional 2021 (SPL Nasional 2021). Terhadap prestasi ini, lahirlah kebahagiaan yang sungguh luar biasa. Bahagia karena mampu mengatasi berjuta tantangan dengan hasil yang memuaskan demi kemajuan Literasi Indonesia dan juga karena menjadi wakil dari Kabupaten Manokwari dalam ajang bergengsi ini.
Pelantikan SPLN dan PLD sebagai Momen Perjumpaan Eksistensial
Acara pelantikan SPL Nasional 2021 dan Penggerak Literasi Daerah (PLD) secara daring, Rabu (14/7/2021) merupakan momen perjumpaan eksistensial. Dikatakan demikian karena seremoni tersebut mempertemukan 88 SPL Nasional dan 90 PLD yang tersebar di seantero nusantara serta dihadiri oleh Andy F. Noya (Tuan Rumah Kick Andy, Jurnalis dan Aktivis Sosial) dan Bukik Setiawan (Pemikir Merdeka Belajar dan Ketua Yayasan Guru Belajar).
Meskipun hanya bertatap muka melalui dunia maya namun alur pelaksanaan sangat menyentuh kalbu dan menyentak semangat untuk menyalakan masa depan Indonesia melalui Literasi yang diejawantahkan dalam Program Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional).
Meminjam istilah Filsuf Gabriel Marcel, perjumpaan eksistensial akhirnya mampu menghidupkan kesetiaan (Fidelity), Harapan (Hope) dan Cinta (Love) yang ditunjukkan dengan menjalin hubungan intersubyektivitas dengan penggerak literasi baik SPL Nasional maupun PLD serta pejuang literasi penuh inspirasi, yaitu Andy F. Noya dan Bukik Setiawan.
Menghidupi Kesetiaan, Harapan dan Cinta demi Indonesia Maju
Setelah dilantik menjadi SPL Nasional 2021 maka tugas Penggerak Literasi adalah menghidupi kesetiaan, harapan dan cinta demi Indonesia maju. Wujud dari kesetiaan yakni bertanggung jawab sampai tuntas atas kepercayaan yang telah diberikan oleh Nyalanesia demi mewujudkan harapan Indonesia berkemajuan dalam literasi. Dari kesetiaan dan harapan ini, harus dinyatakan dalam cinta yang rela berkorban dan tanpa pamih. Cinta menjadi puncak pencapaian segalanya. Karena cinta, maka kesetiaan terhadap tanggung jawab dan harapan akan kemajuan literasi dapat dinyalakan demi masa depan Indonesia yang maju. Salam Literasi dari ujung timur Indonesia yakni Provinsi Papua Barat, Kabupaten Manokwari!!