Menorehkan Jejak-Jejak Literasi - Penggerak Literasi

Menorehkan Jejak-Jejak Literasi

“Menjadi KSPL itu membakar semangat saya untuk membumikan literasi di Kabupaten Sumenep”

***

Sejak dikukuhkan  sebagai KSPL (Kandidat Sosialisator Penggerak Literasi) pada tanggal 2 Juni 2021, saya seperti bertemu dengan dunia baru yang sangat menarik dan penuh dengan tantangan, itu sih menurut pendapat saya pribadi.

Kenapa jadi KSPL bisa menarik? Dengan menjadi KSPL saya tertantang untuk bisa berkomunikasi dan menyampaikan program-program Nyalanesia dalam membakar semangat literasi di tanah air. Menarik juga karena dengan terpilihnya saya menjadi kandidat SPL saya akan banyak ketemu dengan rekan-rekan Kepala Sekolah di Kabupaten Sumenep, yang selama ini hanya bisa berkomunikasi di group whatsApp.

Apa sih tantangan dalam menjalankan tugas sebagai KSPL? Saya merasa tertantang untuk bisa membagi waktu antara kesibukan tugas sebagai kepala sekolah menghadapi kegiatan akhir tahun dan kegiatan sosialisasi literasi yang dibatasi sampai tanggal 25 Juni 2021.

Setelah mendapat restu dari orang tua, istri, dan anak-anak serta para tetangga (hehehe…maaf intermezo) saya awali sosialisasi saya pada sekolah tempat saya bersekolah, yaitu pada MTsN 1 Sumenep. Dulu pada waktu saya masih jadi siswa nama MTsN 1 Sumenep adalah MTsN Tarate Pandian Sumenep. Di sana saya memerkenalkan diri dulu sebagai KSPL dan alumni dari sekolah ini. Di sekolah yang siswanya mencapai 796 ini saya diterima langsung oleh Bapak Ahmad Said Syamsuri, M.Pd selaku Kepala Sekolah. Ketika saya menyampaikan maksud kedatangan saya Kepala Sekolah berinisiatif memanggil dua orang guru yang bertindak sebagai koordinator literasi di sekolah ini.

“Maaf. Pak Zaini, saya izin untuk memanggil guru koorditor literasi dulu,” ujar Pak Said sang Kepala Sekolah.

Beberapa saat kemudian hadir ke ruangan kepala sekolah dua orang ibu guru, yang merupakan penyala literasi di sekolah ini. Setelah berbasa-basi sebentar, sayapun memulai menyampaikan program yang Nyalanesia punya untuk kegiatan menulis buku. Rupanya tahun kemarin sekolah ini sudah pernah ikut juga program ini, tetapi punya pengalaman kurang menyenangkan. Rupanya tahun kemarin sekolah ini sangat ingin ikut program ini sampai ditahap pendaftaran, akan tetapi terlambat melakukan pembayaran karena terlalu sibuk dengan kegiatan akhir tahun seperti saat sekarang ini.

Pak Said sebagai Kepala Sekolah yang baru menjabat empat bulan di sekolah ini sangat antusias dengan program yang digagas oleh Nyalanesia ini, akan tetapi nampaknya kurang didukung oleh guru koordinator literasi di sekolah ini karena alasan sibuk dengan penilaian, dan sulit berkomunikasi dengan siswa karena beberapa bulan ini pembelajaran berlangsung secara daring.

Malam hari saya menghubungi rekan-rekan ketua KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) di Kecamatan Kota Sumenep, Ganding, Rubaru, Batang-Batang, Bluto, dan Kalianget. Dan mereka pun memberikan waktu pada saya untuk melakukan sosialisasi pada forum kepala sekolah yang mereka laksanakan setiap pertemuan setiap bulannya secara rutin. Selama dua minggu itu saya full keliling ke kecamatan-kecamatan yang telah membuat janji dengan saya.

Menjadi seorang penyala itu ternyata sangat indah, karena bisa bertemu dengan sahabat-sahabat seprofesi yang berjuang menuju muara yang sama  meskipun jalan yang ditempuh berbeda.

Setelah seminggu keliling saya baru mendatangi Bapak Sekdis (Sekretaris Dinas Pendidikan) Kabupaten Sumenep untuk meminta izin dan restu beliau. Bapak Dr. M. Saidi Dahlan, MM., M.Pd sangat mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh Nyalanesia ini, karena beliau sebenarnya sampai saat ini masih tetap menjalani profesinya juga sebagai seorang penulis buku.

Meskipun tidak ada selembar surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan untuk kami, akan tetapi beliau menyemangati kami untuk terus berjuang membumikan literasi di Kabupaten Sumenep ini.

Dalam uji penerjunan ini saya menggunakan dua metode. Pertama saya berkunjung ke sekolah-sekolah dan cara yang kedua sosialisasi saya dilakukan saat ada pertemuan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS). Setelah menyampaikan maksud dan tujuan saya kemudian saya menyampaikan program dari Nyalanesia, yaitu Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) mengajak mereka mengunjungi mereka. Selain melalui pertemuan di forum-forum kepala sekolah, saya juga menghubungi mereka lewat pesan WhatsApp, tetapi tetap saja sampai hari terakhir pendaftaran bahkan sampai hari terakhir pembayaran tak satupun yang mendaftar.

Pada tanggal 20 Juni 2021 saya mengakhiri kegiatan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Selanjutnya saya focus menghubungi  para kepala sekolah yang sudah saya kunjungi lewat WhatsApp dengan harapan mereka akan ikut ambil bagian dalam kegiatan ini.

Akhirnya sampailah pada penghujung kegiatan penerjunan yang ditetapkan oleh Tim dari Nyalanesia, yaitu 25 Juni 2021 dari 54 sekolah yang sudah saya beri sosialisasi ternyata tak satupun dari mereka yang mau mendaftar. Ada berbagai alasan yang mereka sampaikan diantaranya guru-guru sibuk menyelesaikan nilai raport, persiapan kegiatan akhir tahun, sulit mengumpulkan karya siswa dalam kondisi seperti saat ini, ada yang menyebutkan biayanya terlalu mahal dan berbagai alasan lainnya.

Saya sangat salut dan acungkan empat jempol bagi sahabat-sahabat KSPL yang bisa mengantarkan sekolah sampai ke pembayaran. Sementara saya sendiri dari 54 sekolah yang sudah saya kunjungi tak satupun dari mereka yang mendaftar. Akan tetapi kisah manis perjalanan kita di Nyalanesia ini tak kan lekang oleh waktu.

Meskipun kita gagal menjadi SPL jangan sampai api yang sudah menyala ini menjadi redup kembali. Kita sudah menorehkan jejak-jejak literasi di sekolah-sekolah yang kita kunjungi, semoga pada saatnya nanti sekolah-sekolah tersebut terpacu untuk ambil bagian dalam program-program Nyalanesia berikutnya.

Salam literasi

Artikel Terkait