PENGGUGAH DAN PENGGERAK – BANGGA BERTEMU ANDI F. NOYA DAN BUKIK SETIAWAN BERSAMA NYALANESIA - Penggerak Literasi

PENGGUGAH DAN PENGGERAK – BANGGA BERTEMU ANDI F. NOYA DAN BUKIK SETIAWAN BERSAMA NYALANESIA

“Cie… Mantap.” Itulah salah satu kesan yang saya dapatkan di kolom komentar FB saya ketika mengunggah foto Bang Andi F. Noya dan Pak Bukik Setiawan dengan caption “menyimak nyala kisah”. Mantap memang.  Saya ingin sahabat, teman, siapapun mengetahui bahwa saya meskipun tinggal di desa juga bisa bertemu tokoh-tokoh hebat seperti dua Abang ini. Lewat apa? Lewat Nyalanesia (PT. Nyala Masadepan Indonesia)

Bangga enggak sih? Bukan cuma bangga. Saya juga terharu. Saya tidak pernah bermimpi sebanyak dan setinggi ini karena saya tidak tahu bagaimana menemukan jalan untuk dapat berkiprah bersama orang-orang hebat di kancah nasional. Benar kata Mas Lenang Manggala setiap orang punya potensi dan kesempatan. Dan kesempatan ini diberikan oleh Nyalanesia. Terima kasih banyak. Terima kasih telah dengan suka cita merangkul dan melantik kami  Sosialisator Program Literasi Nasional dan Penggerak Literasi Daerah pada 14 Juli 2021 lalu.

Lalu apa getar-getar yang saya dapatkan ketika bertatap muka dengan tokoh-tokoh inspiratif ini? Saya akan spesifikkan lagi sebutan saya kepada Bang Andy sebagai penggugah, dan Bang Bukik sebagai penggerak. Manakah yang lebih hebat? Penggugah atau penggerak?

Jawaban saya keduanya, sama hebatnya. Keduanya menyalakan getar di dada saya. Bukan karena lawan jenis, namun karena paparan cerita dan presentasi dua abang ini betul-betul menyentuh dan membangkitkan semangat dan optimisme saya.

Bang Andy menceritakan awal kisah kehidupan masa sulitnya. Bagaimana beliau menjalani kehidupan dalam balutan kesulitan ekonomi sekaligus perpisahan orang tuanya.  Takdir mempertemukannya dengan seorang Ibu Guru yang sabar, Ibu guru yang menemukan talentanya dalam menulis, yaitu Ibu Ana. Bang Andi bahkan sering mengikuti event menulis dan meraih juara. Namun pernah pada satu event saking bagusnya tulisan beliau tim juri tidak percaya bahwa itu adalah tulisan seorang siswa setingkat SMA sehingga beliau tidak mendapatkan nominasi juara. Cerita yang sangat mengharukan. Saya tidak menyangka seorang Andi Noya memiliki kisah hidup yang sedemikian.

Dari pengalaman beliau, saya berpikir setiap orang punya kesulitan dan masalah masing-masing. Namun hendaknya jangan melihat kekurangan yang kita miliki sebagai penghalang untuk bisa maju dan berkembang. Kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan di keluarga kaya, dilahirkan menjadi cantik atau tampan namun dimanapun kita berada mari kita maksimalkan apa yang bisa kita lakukan untuk diri, keluarga, masyarakat, dan negeri ini.

Ketika Bang Andi berhasil mencapai puncak, menjadi  Pemred pun tidak pernah mau berada pada zona nyaman. Beliau terus meningkatkan kualitas diri, berbagi kepada sesama sehingga dapat memberi kontribusi dalam keadaan apapun. Ketika dulu mengelola acara “Kick Andy” beliau berbagi kisah inspiratif, saat pandemipun tak kalah inovasi yang dibuatnya yaitu mendirikan benihbaik.com sebagai tempat berbagi, dan berdonasi.

Dalam pelantikan itu, kami juga dipertemukan dengan Bang Bukik seorang inisiator penggerak merdeka belajar. Berhadapan dengan beliau tentu memberi prestise tersendiri. Bukik Setiawan yang begitu energetic, dan penuh semangat. Dari beliau saya belajar bagaimana menjadi penggerak walaupun pada awalnya diabaikan, ditertawakan, diterima, sampai akhirnya  dipercaya dan diikuti. Begitu dalam makna ketulusan dari grafik yang dipaparkan, menggerakkan raga saya untuk berbuat yang lebih baik lagi bagi pendidikan anak-anak Indonesia.

Menjadi seorang sosialisator program mandiri memang memberi tantangan tersendiri. Itu tidak mudah. Namun menyimak semangat dua tokoh ini saya yakin apapun yang kita lakukan dengan kesungguhan hasilnya tidak akan berkhianat. Alam akan menerima apa yang kita lakukan memantulkannya dalam besaran sudut-sudut tertentu dan akan kembali kepada kita. Jika kita melakukan kebaikan pada waktunya nanti kebaikan itu akan kembali menyentuh kulit raga, hati dan pikiran kita.

Terima kasih telah berbagi. Mari mulai langkah panjang kita dari satu langkah kecil yaitu  berbagi dan mensosialisasikan program literasi. Bahwa setiap anak adalah individu yang unik yang memiliki potensi, minat, bakat masing-masing. Kita adalah penuntun, yang mengarahkan anak sesuai kodrat alam dan mewujudkannya sesuai kodrat zaman sehingga menjadi anak-anak Indonesia yang selamat dan bahagia sesuai filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Artikel Terkait