Percikan Asa - Penggerak Literasi

Percikan Asa

Percikan Asa

Pengalamanku dalam memperjuangkan diri untuk masuk SPL Nasional adalah sebuah hal yang sangat mengesankan bagiku, betapa tidak, sejak Saya masuk nominasi KSPL Nasional banyak yang memberikan ucapan selamat dan bangga akan kesuksesan saya masuk tahap ini, meskipun jujur saya masih belum tahu sepenuhnya apa itu SPL Nasional, bahkan Ketika masuk 750 besar Saya mengira sudah akan dilantik menghadiri acara pengukuhan di Solo, lucu dan menggelikan, bagaimana tidak malu, secara menggebu Saya mencoba menghubungi seluruh KSPL kabupaten Tegal yang berdekatan meskipun saya KSPL dari Brebes yang masuk nominasi, karena berharap bisa berangkat secara bersama.

Tidak mudah menemukan peserta lainnya selain rekan saya, Muhajirin juga adik dari rekan sejawat, yang lebih unik lagi ada satu nama yang sama dengan nama rekan sejawat satu kantor yaitu Taufik Hidayat. Setelah menghubungi tuga dari lima peserta yang lulus 750 besar dan sepakat untuk bersama ke Solo menggunakan mobil Muhajirin, Saya berusaha menemukan dua peserta lain dengan menelepon salah satu mentor di Nyalanesia dalam program tersebut yaitu Ira, sungguh memalukan sekali rupanya pengukuhan dilakukan secara online alias daring karena masih harus menempuh tahap penerjuanan menuju 100 besar.

Dengan segera saya menelpon kembali Muhajirin untuk meminta maaf karena memberikan infornasi yang kurang tepat. Sejak hari itu saya pun mulai menjalani proses penerjunan dengan rasa geli dan bercampur semangat berharap bisa hadir di Solo dengan masuk 100 besar.

Selama beberapa hari penerjunan saya jalani, dengan perlahan saya pelajari petunjuk teknis yang diberikan oleh tim panitia dari Nyalanesia, hari kedua penerjunan mulailah Saya beraksi dengan mendatangi 3 tempat sekaligus, beruntung sekolahku sedang ada rehab sehingga Saya bisa membagi waktu. Per minggu jadwal mengajar bergantian pagi dan siang. Namun rupanya kenyataan tak semudah yang dibayangkan, rasa menyala berkobar mengibarkan semangat kepada seluruh calon penyala di lingkungan Pendidikan di daerah  brebes. meskipun bukan tempat Saya bertugas, namun hal ini tak menyurutkan niatku untuk menjelajah.

Bermodalkan rekan dari suami, Saya mulai berselancar. Hari kedua, tiga tempat kukunjungi, hari ketiga satu sekolah, dan hari ke 6 satu sekolah.

Pada hari ke delapan satu tempat dihadiri 40 sekolah dalam kegiatan MKKS, hal yang tak pernah seklaipun Saya lSayakan di lingkungan kerjSaya sendiri, berbicara di hadapan para kepla skeolah SD bukan sesuatu yang mudah, entah bermodal keberanian dari mana hari itu terasa menyaladan percaya diri yang luar biasa tanpa ada canggung sedikitpun ku sampaikan tiga poin dalam program GSMB, lomba menulis, hadiah menulis dan pelatihan yang akan didapatkan.

Banyak yang bisa disampaikan namun kala itu Saya dibatasi hanya berbicara sekitar beberapa menit saja sehingga dengan ringkas padat jelas hanya tiga hal tersebut yang bisa Saya sampaikan.

Begitu antusias seluruh tempat yang kukunjungi menyambut hangat apa yang Saya bicarakan bahkan beberapa sekolahpun berminat untuk bergabung.  Sampai suatu hari ada satu sekolah yang benar-benar berminat bergabung dan meminta berbicara langsung di ruang kepala sekolah, akan tetapi setelah berbicara rupanya kekhawatiran ada di mereka jika mendaftar namun dinas belum mengetahui maka apa yang bisa dipertanggungjawabkan.

Tentu saja Saya terhenyak dan terdiam sesaat, benar saja saya seharusnya melobi dinas terlebih daulu.

Sejak perkataan salah satu kepala sekolah SMP tersebut saya jadi berpikir dan berdiskusi dengan suami bagaimana cara untuk bisa bertemu dengan kepala dinas, suami mulai melobi seluruh rekannya yang memiliki kedekatan dengan pihak dinas, rupanya tidak mudah harus melalui lobi selama minimal dua minggu baru bisa diberikan jadwal, sehingga hal itu membuatku meluruh dan segera menghubungi mentor untuk memohon apakah bisa jika Saya ditugaskan di daerah saya sendiri saja, sayang sekali mentor pa Akbar menjelaskan jika KSPL dari kabupaten Tegal tidak lolos baru bisa saya dialihkan, tentu saja hal ini menambah kekecewaan saya mengingat rekan dari kabupaten Tegal adalah mantan kepala sekolah saya sendiri yang saya pun berharap beliau masuk.

Percikan asa masih bersemayam dalam semangat saya berjuang, pa akbar selaku mentor memberikan selalu motivasi untuk tetap mengencangkan ikat pinggang agar maju tegapkan badan menuju SPL Nasional. Menjelajah untuk menggugah menuju generasi literasi berprestasi.

Penerjunan ini banyak memberikan saya pelajaran bagaimana cara melobi pada Instansi yang sama sekali belum Saya kenal, untuk jenjang SD saya masih mudah menjangkau karena bertempat di kecamatan dengan bantuan relasi dari suami, begitupun yang jenjang SMP dan SMK saya masih bisa menjelajah di sekolah terdekat melalui beberapa teman yang saya kenal, namun sayang sekali disaat beberapa sekolah menginginkan untuk bergabung rupanya ada kendala besar, karena saya lupa belum meminta izin ke dinas, sedangkan untuk batas waktu penerjunan hanya tinggal beberapa hari.

Tentu saja hal ini menyulitkan saya untuk bertemu dengan kepala dinas. Namun lobi tetap saya jalankan melalui rekan suami yang mungkin bisa membantu, satu persatu kami tembusi untuk membantu pertemuan kami dan hasilpun tetap harus melalui proses dalam waktu minimal dua minggu.

Harapan saya meskipun tanpa sekolah yang bergabung, saya bisa lolos SPL Nasional sehingga perjuangan bisa berlanjut untuk menggugah seluruh peserta didik maupun guru dan kepala sekolah dalam program GSMB Nasional setelah mendapatkan ijin dari kepala dinas setempat.

Pesan dan kesan saya dalam uji penerjunan ini sangatlah luar biasa mendapat pengalaman langsung berbaur dengan orang baru dalam komunitas besar yaitu di lingkungan Pendidikan yang jelas berbagai kaum intelektual yang Saya temui dan ajak berkolaborasi. Untuk seluruh calon penyala tetaplah menjelajah untuk menggugah para generasi bangsa yang membanggakan. Dimanapun kapanpun dalam keadaan apapun berupayalah untuk menjadi penyala dalam melakukan sebuah perubahan besar di dunia pendidikan menuju Gerakan literasi nasional secara menyeluruh.

Reni Faiqoh lahir di Tegal pada tanggal 12 Februari lulusan Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tahun 2003. Bulan Februari 2004 hingga  Februari 2022 mengajar di SMP N 2 Margasari dan sekarang mengajar di SMP N 3 Margasari.

Menulis adalah salah satu hobinya sejak SMA. Awal tahun 2020 buku perdananya Bersama Omera dalam Nubar Fun learning tema  Jejak kontekstual telah ditulisnya, cita2nya untuk bisa menulis solopun tercapai tepatnya bulan Juli tahun 2021 yaitu buku digital IPA kelas 7 tema Klasifikasi Materi dan Perubahannya berbasis multimodal storytelling.  20 buku antologi cerpen dan Puisi ditulisnya dalam dua tahun, 1 novel juga sudah dirilisnya. Baginya menulis adalah bagian dari berkarya.

Facebook             : Iqoh Ndut

Surel                     : reniefaiqoh@gmail.com

Artikel Terkait