Sungguh lumrah adanya jika ada orang yang berbuat maka dia yang harus bertanggung jawab. Ungkapan ini menggambarkan bahwa seseorang harus berani berbuat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pengalaman itu tidak selamanya benar adanya. Karena hal ini dialami sendiri.
Pengalaman ini terjadi manakala salah seorang koordinator literasi sebuah sekolah yaitu dari SMA Negeri 2 Lembang Kab. Bandung Barat- KCD VI Jawa Barat mengirimkan chat melalui kanal WhatsApp, bahwa ketertarikan untuk gabung di Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) Nasional melakukan pendaftarannya ingin didampingi, khawatir ada point-point yang salah saat pengisiannya. “Dengan senang hati’ kujawab chat nya.
Sehari sebelum janjian kunjungan luring sudah dipastikan bahwa pasti bisa bertemu. Dan pada saatnya meluncur ke lokasi, karena baru pertama menginjakkan kaki di sana, sempat terlewati dulu, akhirnya harus putar balik dulu untuk masuk ke area sekolah. Tepatnya di Jalan Maribaya No 68 Desa Langensari, Kec. Lembang, sekitar 3 km dari pusat kota Lembang. Unit Sekolah Baru dengan luas tanah baru sekitar 5.600 m, akses jalan masih tanah kering, namun begitu memasuki halaman sekolah, hamparan gedung baru dengan penataan ruang yang nyaman dan indah. Di tengah, bangunan masjid megah berdiri. Tiap tembok ruang kelas sejumlah 14 ruangan berisi tata cara penanganan covid-19 melalui 3M terutama tata cara mencuci tangan dengan benar.
Kedatanganku disambut dengan hangat oleh Koordinator Literasi, orangnya masih muda dan bukan asli orang Sunda, jadi berbahasa Sunda harus sedikit dihindari agar bisa dipahami. Masuk ke ruangan yang tidak jauh dari tempat parkiran, sudah ditunggu oleh pemilik nama Sutarna, S.Pd. Saya dipersilakan duduk di ruang tamu, dan beliau mencari Ibu Kepala Sekolahnya. Selang beberapa menit, Ibu Lina, S.Pd, M.T., datang dan menyapa dengan ramahnya serta mempersilakan masuk di ruangannya. Di meja kerjanya nampak ditata dengan indah dan ada beberapa majalah sekolah serta Kepala Sekolah cantik ini mengambil 2 buku antologi hasil karya peserta didik yang diabadikan saat memperingati Bahasa Indung (Hari Bahasa Sunda). Lalu diceritakanlah pembiasaan serta cara-cara memacu literasi siswa. Sungguh luar biasa dan kerja sama antar pemangku kepentingan dan praktisi sekolah untuk memberdayakan budaya literasi di sekolah ini.
Strategi untuk menciptakan ekosistem sekolah agar melahirkan budaya literasi inilah yang dirasa sejalan dengan konsep GSMB Nasional. Itu yang memberikan atensi dan menyambut kegiatan ajang nasional tahunan ini bisa memberi ruang untuk berkarya dan mengasah kemampuan minat baca dan menulis siswa agar melahirkan karya-karya yang lebih bermutu, bukan sekadar menggugurkan tagihan tugas bahkan dirasa bisa menihilkan plagiarisme sejak dini.
Fasilitas pengembangan literasi yang dikemas dengan workshop secara digital dirasa menjadi angin segar bagi sekolah untuk memberikan variasi pembelajaran terutama untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jika dihitung manfaatnya, nominal lima puluh ribu rupiah sebagai timbal balik manfaat yang akan diterima pihak sekolah, sangatlah tidak berarti apa-apa karena siswa akan memperoleh sejumlah kelas pengembangan literasinya.
Setelah tukar pendapat serta hal-hal yang akan ditempuh sebagai strategi yang akan disiasati untuk pengumpulan karya siswa, awal tugasnya saat momen menyambut HUT RI ke-76 ini akan ada event membuat karya tentang pembuatan puisi. Sejumlah karya puisi akan dihimpun sehingga sekolah memiliki bank hasil karya siswa. Semua karya akan diseleksi oleh wali kelasnya dan tim editornya adalah guru bahasa Indonesia, berjuang menyeleksi untuk masuk 50 nomine karya. Ke- 50 karya terbaik adalah karya yang akan dilombakan dalam GSMB Nasional. Namun jika masih ada waktu saat penyetoran naskah, setelah siswa menerima fasilitas workshop pengembangan literasinya dan ingin merevisi hasil karyanya, tentu sangat diperkenankan. Karena nanti siswa akan belajar pemilihan diksi serta kemampuan menarasikan puisinya lebih baik.
Tiga puluh menit diskusi, lalu Leader Sekolah mengajak untuk sesi foto. Sebuah hal yang menyenangkan karena menjadi pendukung laporan saya sebagai SPLN. Seluruh lorong sekolah diperlihatkan, termasuk toilet yang standar hotel yang membuat betah peserta didik berlama-lama agar terhindar dari rasa kantuk jika ada mata pelajaran yang membosankan.
Terakhir keliling tiba di suatu konsep kebun hidroponik, yang tumbuhannya sudah rindang dan menghijau. Sang Leader Sekolah dengan sigap membawakan kantong plastik dan gunting agar saya bisa memanen tumbuhan yang sedang menghijau tersebut. Dengan perasaan sungkan dan sayang karena tidak tega tiba-tiba saya harus menuai hasil kerja keras seluruh elemen sekolah, tiba-tiba saya datang dan memetiknya. Namun dengan suka citanya beliau mempersilakan saya untuk segera memetik sayuran kangkung yang lebat dan bersih karena ditanam bukan dengan media tanah. Tidak cukup di situ, strawberry merahpun harus kupetik juga. Lengkap sudah kebahagiaan saya hari ini sebagai SPLN. Mendapat sambutan hangat, menambah sahabat serta menambah rezeki pula. Pulang dengan dibawakan sejumlah oleh-oleh juga.
Terima kasih Nyalanesia sudah memberi ruang untuk saya membawa misi ini, dibukakan pintu gerbang untuk bertemu dengan orang-orang hebat dan dipertemukan dengan para pendidik hebat yang memiliki impian melahirkan siswa-siswa hebat pula. Syukron untuk semua ini.
Bandung Barat, 04082021