Eksistensi buku di zaman modern semakin meredup, seiring dengan perkembangan teknologi, dimana setiap aktivitas manusia modern tak pernah luput dari gawai, seperti sedang berjalan pagi, duduk bersama teman, lebih-lebih sedang bekerja pasti selalu ada gawai dalam setiap saku manusia modern.
Anak-anak, dewasa, tua, muda semua merasa butuh dengan kehadiran gawai, untuk itu hanya sedikit dari mereka yang menggandrungi buku, terlebih bagi anak muda dan para remaja, keberadaan gawai terutama aplikasi tiktok lebih menarik dari pada buku yang hanya berisikan tulisan saja. Padahal sepatutnya anak muda dapat membagi waktu antara penggunaan gawai dan buku bacaan.
Bukan saya tidak mendukung keberadaan gawai, namun seharusnya ada pembatasan dalam hal penggunaannya. Terlebih di daerah saya tinggal akses untuk mendapatkan buku sangat terbatas, bahkan tidak ada aktivitas membaca dari anak-anak remaja sampai dewasa saat berkumpul maupun “nongkrong”. Begitu bahasa anak sekarang.
Rendahnya minat literasi dikarenakan tidak adanya perpustakaan yang dapat didatangi kapan saja, ada perpustakaan yang hanya terletak didaerah perkotaan saja, untuk menempuh jalan menuju perpustakaan daerah kami membutuhkan waktu 40-60 menit untuk pergi, dengan latar belakang masyarakat sebagai petani kopi, kebutuhan membaca tidak terlalu dikembangkan ditengah masyarakat, karena tidak jarang sepulang sekolah orang tua mengajak anaknya pergi kekebun atau sebagian besarnya dirumah saja dan bermain game online.
Ditengah kegalauan yang saya alami karena melihat anak-anak muda dan juga remaja yang tidak berminat dalam menulis maupun membaca, dan kebingungan bagaimana cara saya mengajak mereka untuk menumbuhkan minat bakat yang mereka miliki. Terlebih saya sangat menyukai puisi dan tak jarang saya menuliskan puisi-puisi untuk menuangkan keluh kesah dan lain sebagainya. Saya kebingungan menuangkan ide-ide yang kadang muncul tiba-tiba, tidak ada wadah untuk saya, tidak ada komunitas yang mau menampung ide-ide saya, tulisan-tulisan yang hanya terpapar dalam sebuah kertas.
Mungkin hal itu juga yang dirasakan beberapa anak muda dan remaja yang ada didaerah saja, dan jikapun ada hanya ditempel diantara mading sekolah, tidak ada komunitas yang ingin menyentuh tulisan-tulisan mereka yang berada di daerah terpencil, kami berkecil hati “ah siapa yang akan peduli”. Berawal dari pesan seorang teman saya mendapatkan Informasi dalam bentuk pesan yang mengatakan bahwa ada program yang akan mengajak siswa dan guru untuk menulis.
Saya tertarik dengan judul dari pesan tersebut kemudian saya mengikuti rangkaian dari acara tersebut, dalam hati berkata “ayo dicoba sepertinya cocok” saya ikut tahap satu dan lolos kemudian tahap dua yakni membuat video campaign, cukup menyenangkan untuk dilakukan dan Alhamdulillah lolos, dan tibalah di tahap uji penerjunan
Tahap penerjunan “wah, begitu sulit sepertinya” terlintas dalam benak saya ketika selesai membaca ketentuan dari link yang telah dibagikan oleh pihak nyalanesia. Tantangan baru bagi saya untuk menjelajah dan berkesempatan mengenalkan wadah baru untuk para peminat literasi, mengembangkan minat literasi di kalangan anak-anak dan para remaja yang akan menjadi solusi dari kegundahan gulana saya selama ini.
Perjalanan saya mulai dari sekolah tempat saya mengajar terlebih dahulu mengenalkan program GSMB Nasional 2022 kepada rekan kerja guru-guru lainya dan juga kepala sekolah, teman-teman dan kepala sekolah menyambut baik dan tertarik adanya program ini, namun disayangkan sekolah kami hanyalah sekolah kecil dan terhambat karena biaya.
Tidak masalah walau begitu saya telah mencoba, selanjutnya saya mulai bergegas mengajukan surat rekomendasi kepada dua lembaga yakni KEMENAG Aceh Tengah dan DINAS PENDIDIKAN Kabupaten Aceh Tengah. 2 hari saya menunggu dan tibalah kabar baik saya mendapatkan surat rekomendasi, kemudian saya memulai perjalan kepada sekolah-sekolah yang saya aggap besar ada beberapa kandidat yang saya datangi, beberapa kali saya mendapatkan alasan kepala sekolah sedang tidak ada ditempat, surat rekomendasi dan penerjunan harus disposisi dulu dan tunggu dikabari, bahkan ada yang mengatakan bahwa ini penipuan. “wah sebegitu sulitnya tantangan yang saya hadapi’ mental breakdown begitu kata teman-teman saya yang melihat saya berkecil hati saat dikatai penipu.
Namun banyak juga sekolah yang saya datangi tertarik dengan program ini, karena baru GSMB Nasional yang mengajak siswa untuk menulis yang sebelumnya hanya fokus di guru dan kepala sekolah saja.perjalanan paling berkesan adalah ketika saya mengunjungi MTsN 3 Aceh Tengah.
Kunjugan saya ke MTsN 3 Aceh Tengah disambut dengan baik, kepala sekolah mengumpulkan guru-gurunya untuk mendengarkan penjelasan saya mengenai program GSMB Nasional dan mereka tertarik serta ikut bergabung dalam program GSMB Nasional tahun 2022, tentu saya tidak akan menghianati kepercayaan mereka, kini dengan mereka saya percaya bahwa minat beliterasi di daerah saya bisa berkembang dan saya akan membantu mereka dengan sepenuh hati.
Mungkin untuk tahun ini saya hanya berhasil mengajak satu sekolah saja, tidak apa-apa saya telah berjalan setidaknya dan memang sulit meyakinkan karena mereka belum mengenal program ini dan memang baru tahun 2022 mereka mendengar kata nyalanesia. Begitu banyak hal yang tidak dapat saya sampaikan tapi cukup berkesan bagi saya dan terlukis indah sebagai pengalaman yang berharga. Menjadi KSPL Nasional telah menyadarkan saya bahwa sebagai guru kami juga ikut berperan dalam menemukan minat bakat siswa salah satunya adalah melalui literasi. Semoga saya lolos menjadi SPL Nasional dan menjelajah lebih baik lagi
Saya Kastini Ramadhana Guru Kelas III di MIN 14 Aceh Tengah. Kesibukan saya selain mengajar adalah berkebun dan saya sangat suka kucing, tapi bukan kucing anggora atau Persia karena mahal tidak sesuai dengan pendapatan, saya memelihara kucing-kucing yang terbuang dan kelaparan di jalanan. Teman-teman dapat melihat keimutan kucing-kucing tersebut di reel story instagram saya yakni kastin9812 untuk berbagi cerita ataupun lain sebagainya. Salam literasi!