Oleh : Nelvia Roza
Aku berasal dari kota kecil yang baru beberapa tahun ini memisahkan diri dari induknya, keadadan kota masih lengang di bandingkan dengan kota kabupaten lainnya, mungkin merasa tertinggal tapi tidak. Pemerintahan daerah setempat berusaha semaksimal mungkin dalam kiat pembangunan kota di kabupaten kami.
Saya sangat tersanjung saat mengetahui kalau saya lolos menjadi salah satu Kandidat Sosialisator Program Literasi Nasional yang digagas oleh Nyalanesia yang sudah berjalan beberapa tahun yang lalu. Tak sengaja saya membaca brosur dari salah satu grup WhatsApp dan dishare di sana, awalnya saya sangat semangat mengikutinya namun di tengah mengisi formulir terlihat di mataku kalau kegiatan itu hanya teruntuk guru karena yang dituju adalah sekolah segala tingkatan, setelah saya membaca secara keseluruhan isinya ternyata untuk organisasi literasi juga bisa ikut, kebetulan saya berasal dari salah satu organisasi di bidang literasi, saya mendirikannya empat tahun silam untuk merangkul anak-anak yang kurang mampu untuk les privat seperti sebagian temannya, mengajak anak-anak untuk giat membaca dan menulis, saya buka setiap hari di Taman Bacaan Masyarakat Insani ini, mereka sangat senang untuk datang bahkan orang tua sengaja datang menyerahkan anaknya untuk diajarkan belajar, les gratis semua mata pelajaran ini adalah kegiatan rutin setiap hari kecuali hari rabu karena di desa kami hari itu hari pasar mingguan desa kami.
Namun pandemi datang mengubah semua siklus kegiatan di TBM Insani, anak yang sudah terbiasa dengan tidak memegang HP sekarang harus menggunakan HP untuk kegiatan daring, apa boleh buat anak-anak harus diberikan pengertian yang luas dalam penggunaan HP yang sangat menyulitkan orang tua dalam kegiatan ini. Apa hendak di kata para orang tua ikut belajar dan menyadari kalau menjadi seorang guru itu tidak semudah memberikan uang saku atau melengkapi buku-buku pelajaran namun yang lebih berat itu memberikan pelajaran yang mudah dimengerti dan dikerjakan oleh anak-anak kita.
Dari tiga ribu lebih pendaftar diseleksi menjadi 1000 orang peserta dan diseleksi lagi menjadi 500 peserta yang akan ditantang untuk menjadi Kandidat Sosialisator Program Literasi Nasional dan akan diseleksi kembali untuk 100 SPL Nasional yang akan ditugaskan menyalakan Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional, sangat luar biasa gerakan ini dan saya sangat bangga bisa berada di antara mereka menjadi perwakilan kota kabupaten saya untuk nyalakan sebuah kemerdekaan untuk anak-anak kita. Tak bisa saya ungkap dalam deretan kata-kata saking senangnya hati ini, memberikan peluang kepada saya untuk lebih luas lagi jaringan dalam pengembangan literasi. Selama ini saya hanya bisa berkolaborasi dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan; serta Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga saja. Dengan adanya program ini saya bisa berkolaborasi dengan Korwil dan para kepala sekolah yang ada di kabupaten, saya sangat senang dan bahagia, program ini memberikan saya jalan untuk mengenal lebih dalam lagi dalam pengembangan literasi untuk Kabuputen saya. Literasi di tempat kami sangatlah lemah bahkan minus, mengapa saya bisa bicara begitu? Karena selain saya mengajar di TBM Insani, saya juga dipercaya sebagai Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Kuantansingingi, yang dalam jangkauan survei kami hanya beberapa desa saja yang memiliki TBM, itupun sebagian tinggal nama, semoga saya lebih mendapatkan ruang yang lebih luas agar kota kabupaten saya bisa menjadi kota yang berbasis literasi.
Saat pelantikan SPL Nasional pada tanggal 14 Juli 2021 menjadi sebuah harapan yang saya tunggu-tunggu untuk mewujudkan niat dan keinginan hati, sebuah tantangan yang harus saya taklukkan menemukan titik terang yang gemilang, walaupun nanti saya tidak sanggup mencapai batas maksimal yang ada di peraturan Nyalanesia namun saya tidak akan sia-siakan kesempatan ini untuk memperkenalkan kepada semua masyarakat, sekolah, instansi, organisasi yang bernaung untuk kemajuan literasi. Api yang redup butuh asupan amunisi agar nyala sempurna dan berjaya, mungkin ini sebuah ketidakmungkinan. Tapi tidak ada yang tidak mungkin kalau kita berusaha. Jujur saat pelantikan SPL Nasional yang ditaja oleh Nyalanesia tidak bisa saya ikuti secara maksimal karena jaringan dan sinyal di desa kami kurang baik, akan tetapi saat Pak Andi F Noya memberikan semangat dan asupan semangat yang luar biasa kepada kami para SPL yang akan mengemban tugas untuk beberapa bulan ke depan, memotivasi saya kembali.
Air mata berlinang bahkan bercucuran tak terasa mengalir mendengar kisah yang disampaikan Pak Andi, kisah nyata yang diceritakan kalau dibandingkan perjuangan saya belum ada seujung kukunya. Mencari sang guru yang bahkan tak mengenalnya. Sungguh luar biasa begitu besarnya pengaruh seorang guru bagi beliau hingga akhirnya menjadi orang besar dan dikenal secara nasional bahkan dunia. Pak Andi mengajarkan saya hal yang luar biasa, membaca, menulis dan mengabadikan kisahnya di sebuah buku agar beliau selau mengingat dan dibaca banyak orang agar mendapatkan hal baik dan semangat dalam berkarya. Siapa yang tidak mengenal beliau, yang khas dengan menampilkan tokoh-tokoh inspiratif di acaranya yang selalu ditunggu banyak pihak dan masyarakat. Sumbangsih untuk memajukan literasi bukan hanya dalam satu bidang saja, namun di semua ruang yang mengembangkan dan memanfaatkannya untuk orang banyak, generasi muda, pada anak-anak kita, kalau sedari dini kita memberikan asupan itu kepada mereka bukan tidak mungkin mereka salahsatunya generasi penerus yang bisa menggantikan jejak kilas Pak Andi dalam perjuangannya mencapai titik di mana gunung tinggi dengan beragam masalah dan bahagia dapat terjadi.
Terima kasih Pak Andi walau tidak bisa langsung bertatap muka dan hanya melalui virtual kita bertemu, namun tidak mengurangi rasa yang kautuangkan untuk kami yang sedang mengemban tugas dalam menyalakan kemerdekaan berliterasi dan semoga suatu hari nanti saya bisa bersalaman dan memberikan sebuah buku puisi yang sedang saya rilis. Mungin isinya belum masuk dalam prioritas yang semestinya, namun jejak yang saya tinggalkan butuh proses dan ini awalnya, semoga disemogakan ya Pak Andi, salam literasi dari jauh, Kabupaten Kuantansingingi, Riau. Saya dikenal dengan mana pena yaitu Viola Marsha, begitu teman-teman memanggilku. Jangan menyerah adalah kata ajaib yang selalu menjadi penguat dalam hati saya ketika merasa gagal. Semangat!