Berjalan dengan penuh keyakinan dan saya selalu percaya akan kekuatan doa. Menjadi bagian dari Kandidat Sosialisator Program Literasi Nasional memberikan energi semangat bagi jiwa saya, betapa tidak sebelum mendapatkan amanah ini, saya adalah seorang pejuang literasi dari kota Anging Mammiri (Makassar). Setiap sudut kota pernah kulalui hanya untuk sekedar menebar benih literasi di sana. Saya yang sebelumnya adalah ketua Kelompok Kerja Pustakawan Sekolah meneguhkan langkah demi langkah untuk bisa menciptakan iklim budaya literasi di selaksa Pantai Losari yang merupakan ikon Kota Makassar.
Mengawali perjuangan di sekolah sebagai Kepala Perpustakaan Sekolah yang terus berupaya menggaungkan literasi di kota tercinta, saya percaya peletak dasar literasi ada di sekolah. Anak bangsa yang terus tumbuh dalam bingkai harapan saya kutitipkan doa untuk bisa menjadi generasi penemu yang cinta dengan buku, cinta pada membaca dan tentunya cinta pada menulis, bukankah hakikat tetinggi dari literasi dan kemampuan berbahasa seseorang adalah dengan menulis, menulis untuk keabadian.
Bergelut dan berada di antara para pejuang literasi di kota saya, membuat saya paham betul betapa literasi itu harus dipupuk sejak dini. Berbagai upaya saya lakukan bersama tim untuk terus menggelorakan literasi hingga ke pelosok daerah dan kepada anak-anak pesisir, tidak lantas menyurutkan langkah saya untuk juga menembus sampai ke tingkat Nasional melalui program Nyalanesia. Seperti menemukan kunang-kunang nun jauh di tengah gelapnya hutan, seolah menjadi jawaban atas mimpi-mimpi saya untuk literasi anak bangsa lebih baik.
Lagi-lagi kekuatan doa telah membuktikan bahwa mimpi itu menjadi nyata saat saya terpilih sebagai salah satu SPL Nasional yang berhasil lolos di tahap final.
Bukan tentang SPL Nasional, ini tentang secercah harapan anak negeri di Kota Daeng.
Seolah bisik angin pada senja terus melambaikan sayapnya untuk mimpi saya, menjadi SPL Nasional akhirnya membawa saya bertemu dengan sang guru kehidupan, seorang guru yang belajar dari kerasnya hidup dan karamnya harapan yang terus ia bangun dengan kesungguhan dan keyakinan “suatu hari saya bisa membuktikan pada dunia, bahwa saya layak menjadi pemenang,” seorang guru yang begitu percaya doa dari seorang gurunya dan percaya bahwa keajaiban itu nyata, hanya dengan perkataan dan sentuhan cinta dari seorang guru. Iya, beliau adalah Pak Andy F Noya, seorang yang begitu keras berjuang untuk hidupnya dan begitu memaknai rangkaian perjalanan serta sekelumit tantangan di depan matanya, hingga mimpi itu benar-benar ia rawat dan jaga sehingga sampai pada hari ini di mana mimpi itulah yang kemudian menjaga dan merawatnya serta memberinya makan.
Seperti seolah menonton drama kehidupan nyata, saat pelantikan SPL Nasional lagi-lagi saya melihat betapa hidup ini penuh teka-teki. Menyaksikan pak Bukik Setiawan beliau meninggalkan ‘kemapanan’ untuk membangun bisnis sosial yang belum tentu mulus adalah langkah berani yang diambil mantan dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini. Setelah 8 tahun menjadi dosen berstatus Pegawai Negeri Sipil beliau memutuskan untuk menekuni bidang pendidikan yang menyentuh segmen anak-anak. Beliau percaya bahwa setiap anak sudah mendapatkan anugerah dan kecerdasan. Belajar dari sosok Pak Bukik, bahwa apapun passion kamu, pastikan kamu siap dengan segala konsekuensinya. Yang jelas, pastikan juga membawa manfaat bagi orang di sekelilingmu, sekecil apapun imbasnya. Tidak ada kebahagiaan selain mampu berbagi dengan orang lain, bukan?
Menjadi Sosialisator Program Literasi Nasional memberikan napas baru bagi jiwa saya hari itu, sekaligus membuat saya memutuskan melepaskan amanah sebagai pustakawan di sekolah, ada rasa sedih saat harus meninggalkan perpustakaan yang saya beri nama Purnama (Pustaka Akar Anak Milenial), perpustakaan yang saya rintis bersama Duta Baca dan Bunda Baca saya kala itu, menjadi rumah kedua bagi saya tentunya, tempat saya mengekspresikan berbagai mimpi saya untuk literasi anak-anak saya di sekolah itu. Untuk bisa membuat diri kita menjadi lebih besar manfaatnya bagi orang banyak hanya dengan meninggalkan lingkungan yang lebih kecil, SPL Nasional membuka mata saya untuk terus menebarkan benih manfaat sebagai penggerak literasi bukan hanya di sekolah saya. Selaksa mimpi yang dulunya kuendapkan dalam palung asaku, kini harus berani kubangkitkan selangkah demi selangkah. Tuhan punya rencana-Nya sendiri, Tuhan punya jalan-Nya sendiri untuk saya, mengorbankan pekerjaan ini sebagai bentuk komitmen saya untuk terus melaju menyalakan masa depan dan literasi bagi semua anak bangsa di kota Anging Mammiri tercinta untuk terus menghembuskan napas literasi dengan keluar dan mengajak puluhan bahkan ratusan sekolah untuk menciptakan sebuah karya yang kelak akan dengan bangga dan bahagianya mereka menyaksikan bahwa mereka adalah seorang penemu, sorang penulis, dan seorang penyala bagi lilin jiwa mereka sendiri.
Harapan itu kuyakini akan melahirkan para penulis-penulis luar biasa, para anak bangsa yang siap menantang dunia dengan apa yang mereka baca dan apa yang mereka tulis. Soekarno meminta untuk diberi 10 pemuda agar niscaya dia bisa mengguncang dunia, saya meminta 10 anak Indonesia dan mengajaknya mencintai buku maka akan lahir guncangan hebat dunia dengan terbitnya ribuan bahkan jutaan buku di tangan anak-anak ini melalui jembatan Nyalanesia.
Di tangan inilah besar harapan kita akan meningkatnya budaya membaca, tersalurkannya buku beserta bahan bacaan dan virus membaca lebih cepat tersebar. Saya Melati SPL Nasional 2021, siap nyalakan masa depan Indonesia bersama anak-anak hebat dari kota Anging Mammiri (Makassar) dan Butta Salewangang (Kabupaten Maros).
Makassar, 18 Juli 2021