Langkah Nyata dari Sang Penggerak - Penggerak Literasi

Langkah Nyata dari Sang Penggerak

Seorang penggerak haruslah bisa membuat perubahan. Perubahan yang nyata dan berdampak terutama. Tentu tidak mudah. Tetap konsisten melakukan itulah salah satu kuncinya.

Seperti halnya kita sebagai Penggerak Literasi. Di mana sebelumnya kita telah mengalami uji penerjunan sebagai Kandidar Sosialisator Program Literasi (KSPL). Banyak cerita yang menghiasi selama menjadi KSPL. Pengalaman itu tentunya akan bahan berubah untuk nanti menjadi Penggerak Literasi Nasional.

Iya, pada tanggal 14 Juli 2021 pukul 13.30 adalah agenda pelantikan dan pengukuhan Penggerak Literasi Nasional. Pelantikan yang harus dilaksanakan melalui virtual. Sebab untuk saat ini pertemuan langsung bisa sangat dibatasi dengan adanya PPKM. Tentu melalui virtual pun tanpa mengurangi kekhusukan dalam prosesnya.

Agenda pelantikan SPL Nasional 2021 melalui Zoom Metting jadi haru ketika Pak Andy F. Noya membagikan cerita masa lalunya. Agenda yang terkesan formal di awal pertemuan sudah menjadi keharuan. Haru saat mendengarkan kisah dari seorang tokoh inspiratif dari beliau Tuan Rumah Kick Andy.

Memang tidak banyak yang tahu kisah perjalanan pak Andy waktu kecil hingga sekarang. Tentu dari penyampaian beliau ada banyak hal yang bisa dijadikan bahan spirit buat kita. Spirit untuk bisa berubah sebagai penggerak. Berbagi spirit itu tentunya buat kita sebagai SPL Nasional 2021.

Sebagai calon SPL Nasional 2021 tentunya tak sabar menantikan proses itu. Bagaimana tidak? Proses itulah yang nantinya sebagai dasar kami untuk resmi menjadi SPL Nasional 2021. Resmi secara pengangkatan. Sehingga kita bisa disebut bagian dari Nyalanesia.id.

Acara pelantikan Rabu kemarin sangat mengisyaratkan keistemewaan. Tim Nyalanesia memang ingin membuat kami (SPL) semangat dan berbahagia. Bagaimana tidak? Satu agenda, satu ruang virtual bersama Pak Andy F. Noya dan Pak Bukik Setiawan itu sangat terasa istimewa.

Setelah mas Lenang menyampaikan salam jabat erat kepada kami (Penggerak Literasi) giliran pak Andy Noya menyampaikan semangat, kesan dam pesan untuk program Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional). Beliau memberikan semangat kepada kami agar tetap fokus dalam mengkampeyakan gerakan literasi.

Kemudian beliau bercerita ketika masih kecil. Kisah di mana beliau waktu kecil di Malang, Papua, Surabaya bahkan sampai Jakarta. Dari kisah waktu SD yang membuat beliau meneteskan air mata. Kisah yang masih sangat diingat beliau dari sesosok guru mengubah hidup beliau hingga sekarang. Yakni melalui Bu Ana.

Beliau menceritakan sosok Bu Ana kepada kami. Sosok guru yang memberikan semangat kepada muridnya kerena mempunyai bakat menulis. Bu Ana mengatakan bahwa Andy Noya kecil berbakat menjadi seorang wartawan. Terbukti beliau (Pak Andy) saat ini memang menjadi sosok jurnalis Indonesia yang penting dan handal.

Bu Ana sosok yang mendorong Andy Noya menemukan dirinya. Mendorong kepercayaan diri Andy Noya kecil tumbuh.

Pada saat beliau menceritakan kisah itu, kami pun  ikut terhanyut dalam suasana haru. Tak terasa air mata juga turut membasahi mata ini. Kisah yang diceritakan beliau sangat mendorong kami untuk teguh dan semangat dalam bertugas menjadi pengerak literasi. Karena di lapangan nanti kita pasti menemukan Bu Ana lain yang inspiratif.

Saya terkesan dengan apa yang beliau sampaikan mengenai sosok guru. Apalagi keberadaan guru di era digital saat ini. Tentu banyak tantangan dalam bertugas. Era digitalisasi tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam mengenal buku. Anak-anak tentu akan lebih condong ke arah game dan media sosial daripada membaca buku.

Ini adalah bentuk tantangan nyata bagi guru era digital. Namun beliau merasa optimis dengan adanya Penggerak Literasi untuk bisa menjemput keterbatasan itu.

Selain bertemu dengan pak Andy, ada tamu yang spesial yang lain juga yakni Pak Bukik Setiawan. Beliau adalah seorang penulis dan juga aktivis pendidikan. Salah satu buku yang saya tahu yakni “Panduan Memilih Sekolah”.

Pak Bukik memaparkan bagaimana seorang penggerak itu tumbuh. Seorang penggerak haruslah bisa memberikan dampak perubahan bagi sekitar. Terus melakukan pergerakan yang konsisten agar tercipta dampak yang nyata.

Seorang penggerak juga harus merasakan dibilang “gila”. Gila dalam arti melakukan hal yang tak biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. Seperti halnya Penggerak Literasi Nasional ini. Jarang orang mau melakukan hal yang demikian ini.

“Melakukan pergerakan itu harus dilandasi konsistensi diri. Berdaya juang tinggi. Serta harus bisa memberikan dampak nyata bagi sekitar. Masing-masing dari kita pasti bisa menjadi seorang penggerak. Tentu saja penggerak perubahan.”

Indonesia untuk saat ini sedang membutuhkan penggerak perubahan. Penggerak perubahan di bidang Literasi. Tentunya bukan hal mudah dalam menciptakan perubahan itu, apalagi di era digital sekarang. Namun, kita sebagai Penggerak Literasi pastinya akan berkolaborasi dengan para pendidik nasional untuk memujudkan Indonesia merdeka dalam berliterasi. Kita bergerak Demi Nyala MasaDepan Indonesia.

Artikel Terkait