Memberi Tidak Berharap Belas Kasih - Penggerak Literasi

Memberi Tidak Berharap Belas Kasih

Oleh: Mochammad Andy Zaim, S.Pd.

Malam itu, saya membaca chat di grup Whatshap dari rekan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia Kabupaten Pekalongan, terkait pendaftaran SPL Nasional. Grup tersebut adalah untuk berdiskusi dan share informasi. Dalam benak terlintas pikiran apa itu Sosialisator Program Literasi Nasional (SPL Nasional)? Saya semakin penasaran dengan hal tersebut, rasa penasaran semakin besar, mungkinkah itu akan bisa bermanfaat untuk saya dan semua orang! Terlintas dalam pikiran saya.

Ketika saya menceritakan hal tersebut kepada istri disitu rasa penasaran semakin berbobot dan akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar SPL Nasional. Waktu berjalan begitu cepat dan tiba akhirnya pengumuman kandidat SPL Nasional, lolos 1.500. Di situ saya kaget dari 3.500an peserta saya bisa lolos. Hati merasa senang pastinya dan begitu seterusnya bisa lolos ke tahap selanjutnya.

Waktu Uji Penerjunan Kandidat KSPL Nasional dimulai, saya mendapatkan berkas-berkas pendukung KSPL Nasional untuk sosialiasi ke sekolah sesuai dengan domisili. Strategi saya pertama kali sasaran sekolah yaitu SMP Islam Al Bayan Wiradesa tempat saya mengabdi. Ibarat kata kalau kita ingin menjual sesuatu tawarkan kepada orang terdekat kita terlebih dahulu baru kita keluar kibarkan sayap.

Hari kedua dimulai, saya menyemarakkan literasi ke sekolah SMP N 1 Sragi, sambutan hangat diberikan oleh Bapak Zulmasri, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia. Begitupun Kepala Sekolah Ibu Margiati, S.Pd., M.Pd., yang ternyata beliau adalah guru bahasa indonesia saya waktu masih duduk di bangku SMP tahun 2009. Beliau merupakan panutan saya, guru yang luar biasa untuk siswa/i nya.  Ketika melewati serangkaian perbincangan hangat layaknya murid sowan ke kediaman gurunya, SMP N 1 Sragi memutuskan untuk tergabung dalam (Gerakan Sekolah Menulis Buku) GSMB Nasional. Hatipun berbunga-bunga.

Hari ketiga dimulai, saya sambut dengan sarapan dan senyuman, telapak tangan terasa gemetar waktu menghidupkan mesin kendaraan, apakah ini pertanda keberuntungan atau kesialan? Yang terlintas dalam benak. Sekolah target GSMB Nasional berikutnya yang sudah saya list dalam daftar target sosialisasi GSMB Nasional. Ketika tangan ini mengetuk pintu kantor guru. “Tok tok tok, assalamu’alaikum,” ujar saya dengan senyum hangat. “Walaikumsalam,” balas guru yang ada di ruangan tersebut. Setelah melewati serangkaian perbincangan, saya merasa seperti orang linglung yang tidak tahu arah jalan pulang. Saya memutuskan untuk melanjutkan ke sekolah berikutnya.

Hari yang dinantipun tiba yaitu pengumuman SPL Nasional 100 besar terpilih tingkat nasional. Dalam doa saya “Ya Allah jangan sampai saya dipilih menjadi SPL Nasional”. Tetapi Allah SWT. berkehendak lain. Saya terpilih SPL Nasional, rasa bimbang dan gelisah menyelimuti tidur malam saya.

Pagi hari waktu libur, matahari menampakan wajahnya saya sambut dengan wajah mendung penuh kekecewaan, di situ peran seorang istri luar biasa memberikan motivasi dan semangat untuk saya apa yang telah dipilih dan diraih jangan lepaskan karena itu adalah pilihanmu, dalam perjalanan pasti akan ada jatuh dan bangun. Ingat di setiap langkah, keringat, dan perjuanganmu ada seorang istri yang mendokan dan menunggumu pulang kerumah membawa kebahagiaan. Motivasi istri menyembuhkan luka penolakan, history, dan perkataan tidak mendidik.

Semangat baru bergelora dalam hati, saya menyemarakkan literasi ke sekolah-sekolah sesuai domisili. Keringat bercucuran, lelah, letih, dan lesu yang saya rasakan tetapi saya teringat kata itu di setiap langkah, keringat, doa, ada istri yang menunggu untuk kembali pulang membawa kabar bahagia. Saya tidak akan menyerah sampai di sini, ini tempat saya untuk terus menyebarkan literasi sampai pelosok negeri. Penolakan bukanlah sebuah penghalang tapi sebuah jembatan untuk kita bisa menjadi lebih kuat dan bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Ketika api literasi mulai padam di situ ada jalan keluar yang diberikan Allah kepada saya. Sekolah SMP N 3 Kedungwuni meminta saya berbagi cerita kepada siswa/i nya terkait literasi, di situ saya merasa sangat senang dan seperti orang penting yang akan mengisi seminar dalam forum, siswa/i SMP N 3 Kedungwuni sangat antusias saat saya menyampaikan GSMB Nasional. Saya selipkan Game dalam menyampaikan GSMB Nasional, siswa/i yang bisa menjawab pertanyaan dan membacakan puisi saya beri hadiah satu buku antologi kumpulan puisi dan cerpen (pilih salah satu buku tersebut). Di situ api literasi mulai berkobar kembali dan semangat menyemarakkan literasi sampai akhir masa bakti SPL Nasional.

Meskipun saya bukan SPL Nasional terbaik tahun 2022 tapi saya merasa bangga bisa menyemarakkan literasi di Kabupaten Pekalongan. Pengalaman dan ilmu yang didapatkan selama menjadi SPL Nasional tidak akan terbayarkan dengan nominal, pengalaman adalah guru terbaik. Dengan pengalaman saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih Nyalanesia, salam literasi.

Artikel Terkait