Belajar itu bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Begitulah salah satu bentuk ajakan yang diserukan oleh berbagai pihak pemerhati pendidikan, saat selama hampir 2 tahun pembelajaran dilakukan secara online, dikarenakan pembatasan aktivitas yang dilakukan untuk menjaga kesehatan dan mengurangi adanya penyebaran virus covid-19. Berbagai metode diterapkan dan berusaha untuk mencari solusi dari keterbatasan pembelajaran yang hanya bisa dilakukan tanpa adanya pertemuan secara langsung antara guru dan siswa.
Perasaan tertantang dan semakin termotivasi ketika saya sebagai guru diharuskan untuk mulai beradaptasi dengan teknologi sebagai salah satu media yang bukan hanya digunakan sebagai media komunikasi dan hiburan, namun juga harus bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Berbagai pelatihan yang ditawarkan untuk meningkatkan keprofesionalitasan seorang guru dalam mengajar di era pandemi saya ikuti dengan penuh semangat, yang pada akhirnya secara tidak langsung semakin memperluas pandangan dan pengetahuan saya akan sumber belajar yang ada sekarang sangat tidak terbatas.
Harapan saya waktu itu, saya dapat memberikan yang terbaik pada siswa walaupun kondisi tidak bisa bertemu secara langsung atau online. Satu bulan, dua bulan hingga satu tahun berlalu pembelajaran online yang diawal begitu menarik dan menyenangkan, ternyata akhirnya kita bertemu pada satu titik jenuh. Peran guru dan adanya aktivitas di sekolah, sangat dirindukan oleh semua pihak.
Teknologi memang sudah memberikan pengalaman luar biasa pada dunia pendidikan, sehingga begitu banyak inovasi bermunculan mulai dari media pembelajaran, metode pembelajaran dan paradigma terhadap kurikulum pembelajaran. Namun, ternyata kebiasaan menggunakan teknologi selama hampir 2 tahun, telah membentuk beraneka ragam karakter dari siswa. Salah satunya kecanduan bermain games, terlalu banyak rebahan, lupa waktu main media sosial, dan kurangnya bersosialisasi anak-anak di luar rumah. Kebiasaan itulah yang dikhawatirkan akan menghasilkan karakter malas dan tingkat pemahaman yang rendah siswa dalam berliterasi. Literasi yang dimaksud disini adalah rendahnya minat siswa membaca buku dan menulis dikarenakan lebih tertarik membaca media sosial dan konten hiburan disbanding belajar.
Alasan inilah yang menggerakan saya untuk ikut berpartisipasi menyuarakan program literasi. Awalnya saya sebagai penggiat media sosial, selalu mengajak rekan kerja dan siswa untuk memanfaatkan media sosial yang ada sebagai wadah pengembangan minat dan bakat, sehingga bukan hanya sekadar menjadi seorang konsumen atau penonton saja, namun juga mampu menjadi seorang pembuat konten dan berperan aktif dalam pemanfaatan teknologi untuk edukasi. Saya sangat aktif di media sosial, selain untuk hiburan saya gunakan untuk membuat konten edukasi dan media pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Berawal dari seringnya mengikuti pelatihan dan bermain media sosial saya mengenal GSMB Nasional (Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional), waktu itu saya hanya sekadar iseng mengikuti kegiatan workshopnya. Namun, disana saya mendapatkan ilmu tentang literasi, bahwa manfaat literasi itu salah satunya akan mempengaruhi cara pandang kita terhadap ilmu pengetahuan dan dalam menangani masalah. Sampailah ada ajakan untuk mengikuti program menulis buku yang waktu itu saya merasa belum tertarik karena beberapa pertimbangan. Beberapa bulan kemudian, seperti gayung bersambut atau apalah namanya itu, saya mendapatkan flyer ajakan mengikuti program sosialitator literasi di group wathsapp . Semangat saya untuk menyerukan literasi semakin berkobar karena ada jalannya saya supaya bisa lebih banyak menyebarkan informasi terkait adanya program GSMB. Akhirnya saya mencoba untuk mendaftar, alhamdulilah dengan tahapan seleksi yang di lalui, saya lolos menjadi KSPL Nasional 2022.
Perjalanan melakukan sosialisasi ini sungguh luar biasa berat karena kesibukan di sekolah yang sudah kembali aktif pembelajaran secara tatap muka, sehingga mengakibatkan saya harus mencari waktu untuk sosialisasi tanpa harus meninggalkan tugas dan kewajiban utama sebagai guru di sekolah. Pertama saya mulai berdiskusi kepada rekan saya yang membagikan informasi dalam flyer, sebut saja namanya Bu Hajar. Beliau adalah seorang guru Bahasa Indonesia yang juga peduli akan literasi, bahkan beliau sudah pernah menjadi sosialitator di tahun sebelumnya. Beliau sangat memberikan saya semangat untuk mensosialisasikan literasi khususnya kepada instansi sekolah sendiri tempat bekerja. Kebetulan program GSMB ini juga berkaitan dengan visi dan misi sekolah juga program sekolah yang akan diselenggarakan di tahun tersebut. Akhirnya saya pun memberanikan diri untuk presentasi kepada Kepala Sekolah tempat saya bekerja, ditemani Bu Hajar yang juga menjadi tim literasi dalam program sekolah yang akan dilaksanakan. Alhamdulilah, respon yang saya dapatkan sangat positif dan mendapatkan dukungan sangat baik yang berlanjut pada sekolah mendaftar pada program GSMB Nasional 2022.
Kegiatan sosialisasi tidak hanya sampai di tempat saya bekerja saja, saya pun sampai di dinas pendidikan Kabupaten Temanggung, yang harapannya dapat bertemu dengan Kepala Dinas Pendidikan yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan penuh terkait program GSMB Nasional, sehingga semua sekolah dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung mendapatkan informasi terkait program literasi. Namun, jadwal yang begitu padat dan bertepatan dengan kegiatan hari kemerdekaan sehingga saya kurang mendapatkan waktu yang tepat supaya dapat mensosialisasikan dalam forum MKKS atau sejenisnya. Akhirnya saya pun, berusaha langsung menemui pihak sekolah yang dituju untuk mensosialisasikan program GSMB Nasional ini dan berharap mendapatkan respon yang baik.
Simpulan yang saya dapat dari perjalanan menghidupkan inovasi dan semangat berkarya siswa dan guru adalah semua pihak sangat tertarik dengan kegiatan dan program yang di miliki oleh Nyalanesia. Saya sangat berharap program ini akan terus berlanjut karena walaupun saya belum berhasil mengajak lebih dari 5 sekolah untuk bergabung, setidaknya di waktu dan kesempatan lain sekolah akan tergerak hatinya untuk ikut serta. Karena pada dasarnya program GSMB Nasional ini sangat memberikan manfaat dan keuntungan yang luar biasa bagi berbagai pihak.
Saya adalah seorang guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA Negeri 1 Parakan. Kesibukan saya selain mengajar adalah membuat konten di media sosial. Saya pun juga seorang blogger, teman-teman bisa melihat hasil karya saya di alamat omaheducreative.blogspot.com. Kita sebagai guru harus terus semangat belajar mengikuti perkembangan zaman, karena generasi yang ada dalam zaman tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga apapun media yang ada kita mampu mengisi dan menghidupkan inovasi dalam berbagai keadaan yang dihadapi.