Menjelajah Menembus Keterbatasan
Oleh Annisa Salsabila
Penyala ialah pembawa lentera kini hingga nanti.
Sebuah komitmen dari awal untuk mengambil peran sesuai dengan niat yang menuntut usaha dan ikhtiar diiringi tawakal dalam mewujudkan sebuah tujuan hingga akhir yang sesuai dengan harapan. Ini bukan hanya sebatas quotes ataupun teori semata. Namun, menuntut aksi dalam setiap perubahan yang dibawa. Menjajaki setiap perjalanan, merambah tantangan untuk membuka jalan, bahkan menciptakan peluang bagi mereka yang membutuhkan.
Walaupun ada yang tidak sadar akan itu dan perlu ada yang menyadarkan namun tidak merasa butuh akan adanya itu. Tak jarang sikap kontradiktif ini menyesakkan dada hingga hulu hati. Tentunya sesak yang membawa kenikmatan dan rasa syukur baik bahagia dan kecewanya.
Mari kita mulai dengan sosio-education-enterpreuner. Tiga komponen penting dalam menyeimbangkan kemajuan cara pikir dan cara bertindak untuk berdaya guna dan berdaya saing.
Satu bulan proses untuk menjawab tantangan sesuai niat dan ingin hati yang berbalut ketulusan menjadi berdaya dan berguna bagi diri dan sekitar. Terpilih menjadi salah satu dari kurang lebih 3500 orang hebat yang memiliki visi dan misi yang kurang lebih sama, membuat rasa syukur atas kenikmatan ini terus meningkat. Nyalanesia menjadi wadah yang luar biasa bisa ikut serta dan mengambil peran didalamnya.
Start up pengembang program literasi nasional terbesar di Indonesia yang didirikan dari 2016 silam ialah Nyalanesia. Menghadirkan program-program literasi yang disediakan untuk masyarakat Indonesia. Menjadi perpanjangan tangan untuk terus mewujudkan generasi literasi diberbagai pelosok daerah, menjangkau elemen-elemen masyarakat dari kota hingga desa.
Beruntungnya saya bisa menjadi bagian dari Kandidat Sosialisator Pengembang Literasi Nasional 2022 bersama Nyalanesia. Saya yang masih pemula bergerak dari 2019 lalu tanpa gubrisan dan sikap acuh dari sekitar terhadap gerakan yang saya bawa ini membuat saya haru dan bahagia ternyata saya bisa ikut serta dalam langkah ini beriringan dengan KSPL Nasional yang tersebar diseluruh Indonesia. Bangga!
Tak ada yang sia-sia saat kebaikan yang dibawa. Hanya perihal kapan waktu yang tepat untuk bisa bergerak cepat. Tak harus cepat namun harus terus bergerak. Jika lelah kamu hanya perlu mengurangi kecepatan. Tapi tidak untuk berhenti. Ini yang membuat saya terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan porsi dan kesempatan yang diberikan-Nya.
“Saya tidak percaya pesan WA karena banyak penipuan”
“Saya tidak percaya ini benar adanya tanpa surat dari Kementrian langsung”
Singkatnya dua kalimat itu yang saya terima dan balas dengan ucapan terima kasih atas saran dan waktunya. Semua kritik dan saran dari beliau saya terima. Tentunya dibarengi dengan mohon do’a dan dukungannya agar saya bisa menjadi SPL Nasional ataupun perpanjangan tangan dari Nyalanesia untuk ikut serta dalam program ini (sembari tersenyum dan menatap dalam kearah beliau yang memberikan sanggahan saat penjelasan belum selesai utarakan).
Menjadi lecutan dihari terakhir penerjunan yang saya terima saat mengunjungi salah satu kepala untuk menjalin kerjasama yang sudah saya hubungi dari seminggu yang lalu.
Saat pembaharuan seringkali salah arti apabila tidak pemberi dan penerima informasi tidak baik dalam proses komunikasi.
Banyak waktu yang tidak dimaksimalkan saat hari kerja dan penyesuaian jadwal dengan ketua-ketua kelompok kerja serta kepala-kepala dinas. Dengan waktu 20 hari saya kewalahan walaupun dengan strategi dan jadwal yang saya buat.
Sembari mengkonsumsi obat sebab sudah lebih dari seminggu saya bolak-balik keluar kota dan membangun kerjasama dengan instansi terkait. Bersyukurnya 0semangat saya tidak kurang untuk mengunjungi 4 SD, 3 SMP/Sederajat, 2 SMA/sederajat walaupun target saya kurang lebih 20 sekolah. Terkendala oleh kepala sekolah yang tidak ditempat dan surat rekomendasi yang baru keluar H-1 dan H+2 uji penerjunan.
Sistem Birokrasi dalam pengurusan surat terkendala sebab jadwal kepala-kepala instansi yang tidak ditempat dan bertepatan dengan persiapan hari kemerdekaan RI serta beberapa Kabid yang di reshuffle di Kabupaten Agam.
Beruntungnya saya dapat menemui Bapak Isra Amir, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berkomunikasi dengan Kepala Bidang SD dan SMP, Iskandar selaku Kepala Koordinator Unit Kerja Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, dan Bapak Mardison, Kepala Cabang Dinas Wilayah I Sumatra Barat. Berbagai pesan yang saya peroleh.
Hikmah dari pertemuan itu saya bisa memahami pendidikan formal, nonformal dan informal harus saling melengkapi. Banyak sekolah yang ingin dan berpotensi ikut serta. Namun keterbatasan informasi. Dengan sistem pendidikan yang menuntut anak-anak cerdas dan wadah tempat belajar yang mampuni membutuhkan adanya pergerakan yang mendukung untuk terwujudnya hal itu. Tentunya ini tidak bisa diwujudkan jika setiap komponen dalam masyarakat tidak ikut serta.
Seringkali saya dengar dan bantu carikan solusi untuk para kepala sekolah yang menceritakan kendala perihal perencanaan. Memang setiap anggaran butuh perencanaan sebelum bisa dicairkan.
Dengan adanya kegiatan menulis ini, tentunya bisa membuka jalan untuk setiap sekolah yang ingin ikut serta dalam memajukan literasi sekolah. Memberdayakan guru dan murid serta stakeholder terkait sangat dibutuhkan.
Pandangan saya ada dua sisi pertama bukannya perihal kurangnya sosialisasi namun kita sendiri juga tidak ingin keluar dari kekurangan informasi dengan menambah informasi tersebut. Kebiasaan berlindung dari zona nyaman dan aman mengakar dalam melakukan aktivitas. Kita semua saya yakin memiliki keahlian tertentu dan memiliki banyak minat. Hanya tinggal bagaimana mengasah dengan belajar menembus keterbatasan itu.
Sisi kedua keterbatasan dan pola serta karakteristik masyarakat yang memang kurang ini membutuhkan penyebaran informasi yang kontiniu dalam setiap kegiatan yang diadakan. Tidak hanya pemerintah, swasta namun juga Lembaga lainnya berkolaborasi dan bersinergi untuk mewujudkannya.
Terlepas dari itu semua berkaca dan melihat semangat Adik-adik sekolah dan guru-guru yang ingin ikut serta membuat saya tertegun ternyata benar kata Duta Baca Indonesia, Gol A Gong di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Bukittinggi.
“Data terbaru Perpusnas RI 1 buku dibaca 90 orang. Ini berarti kita kekurangan penulis buku. Bukan kurang minat baca. Mulai sekarang jangan bilang lagi Indonesia rendah tingkat minat bacanya. Ini dibuktikan dari data tersebut.” (Gol A Going, 2022)
Ini langkah baik yang dibawa GSMB Nasional bersama Nyalaneisa. Kita kekurangan penulis bukan pembaca.
Untuk itu mari kita hindari untuk selalu berorientasi perihal orang lain. Hingga lupa yang utama ialah diri sendiri. Bagaimana kita akan memikirkan orang lain jikalau kita sendiri belum berdaya dan berkarya sesuai ingin dan niat hati.
Setiap kita memilik tujuan dalam kehidupan.
Memiliki pencapaian dalam tingkat kehidupan.
Memiliki kebebasan untuk mewujudkan.
Memiliki kesempatan atas peluang untuk memanfaatkan .
Keterbukaan dan kredibilitas Terkadang saling menghargai itu indah dan menjalin silaturahmi yang mendatangkan keberkahan. Mungkin tidak instan namun akan kita rasakan nanti jika itu memang patut dan butuh saat hati dan pikiran terbuka atas segala sesuatu saat telah terjadi benturan.
Menjadi Kandidat Sosialisator Program Literasi Nasional mengarahkan saya untuk menyeimbangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Keterbatasan itu hanya ada dalam cara pikir kita tidak dalam cara hidup manusia. Literasi itu majemuk memecahkan masalah yang dihadapi mencarikan solusi dengan potensi diri itulah dia yang sebenarnya literasi. Kita mulai dengan membuka mata dan hati dari membaca dan menulis hingga menjadi literat yang mampuni dan berdaya saing. Tanpa memikirkan keterbatasan yang mencekek leher sendiri.
Narasi Penulis
ANNISA SALSABILA adalah putri kedua yang ditakdirkan menjadi sulung dari tiga bersaudara yang lahir pada 23 Desember 1997 di Bukittinggi. Ia pernah mendapatkan kesempatan melanjutkan studi di Universitas Negeri Padang dengan jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Selain menyandang amanah sebagai Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang dilantik menjadi Kepala Urusan Umum dan Perencanaan di kampung halaman sejak 2020, Salsabila/Icha adalah seorang motivator, master of ceremony, event organizer, volunteer dan juga pegiat literasi yang memiliki kesempatan menjadi Founder Taman Bacaan Masyarakat dan membina komunitas literasi yakni Balai Baco Sikola, Agam, Sumatra Barat. Memiliki ketertarikan dan kegemaran dalam public speaking, public relation, project planner membuatnya aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di kampung halaman, semasa sekolah dan perkuliahan, serta di lingkungan pekerjaan. Semenjak SD hingga sekarang Salsabila memiliki hobi dalam bidang baca puisi dan menulis dengan ikut serta diberbagai event semenjak sekolah hingga sekarang. Salsabila bisa dihubungi lewat email annisasalsabila972@gmail.com dan Instagram @annisasalsabila23.