Menjelajah Sekolah Dengan Semangat Kemerdekaan
Bangkit dan pulih kembali, adaptasi baru dengan pemanfaatan teknologi para pengguna khususnya di masyarakat milenial tergolong pesat setelah pandemi, hampir semua sektor menggunakan sosial media dalam berinteraksi baik segi kebutuhan primer maupun sekunder, tidak terlepas dari itu sekolah diharuskan memiliki kemampuan literasi fungsional tentang berbagai fungsi dan keterampilan hidup untuk mencapai belajar yang bermakna salah satunya literasi digital.
Kurikulum Merdeka Belajar menjadi salah satu upaya pemerintah agar siswa memliki kecakapan hidup dan aktif dalam potensi di Ilingkungan sebgai sumber belajar sesuai minat bakat siswa serta kemampuan berkalaborasi sebagai subjek pembelajaran, tidak lepas dari itu juga masih menjadi persoalan di tengah kebutuhan belajar sekolah, baik dari pemilihan sekolah penggerak maupun yang tidak terpilih dalam menyesuaikan kurikulum.
Pesatnya Start Up di sektor pendidikan dalam pembelajaran daring berbasis aplikasi, memaksa sekolah dan guru beradaptasi untuk menguasi konten pembelajaran agar tidak tertinggal jauh dari kualitas mengajar, namun kecakapan dalam penulisan gagasan di media sosial masih minim, dan menjadi tantangan tersendiri untuk membangun informasi yang akurat dalam menghubungkan siswa belajar yang menyenangkan.
Di kota Makassar cukup unik, yang mana sering terjadi pemberitaan yang disinformasi baik di media sosial maupun di tengah masyarakat pada umumnya, maraknya begal, perkelahian antar kelompok dan narkotika, tidak lepas dari situ bahwa pelaku tersebut adalah masih terbilang duduk di bangku sekolah. Hal ini juga masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah sebagai pemangku kebijakan, kepolisian sebagai penegak hukum dan sekolah menjadi pengawasan siswa serta orang tua dalam lingkungan sosialnya.
Menyikapi hal tersebut dalam dewasa ini bahwa pendidikan dimulai dari kemampuan literasi fungsional tentang berbagai fungsi dan keterampilan hidup untuk menjadi sumber belajar yang bermakna, hal yang menarik yang saya ikut dan tertantang adalah program Sosialisator Program Literasi (SPL) Nasional yang diprakarsai oleh Nyalanesia di mana menjadi salah satu Kandidat SPL Nasional, penggerak literasi yang mempunyai tingkat kesulitan dan berkompetisi juga dengan penyala lainnya.
Untuk mengikuti program ini pun saya mendapat dukungan penuh dari rekan guru di sekolah saya. Berawal dari penjelajahan di media sosial, penjelajahan saya berlanjut ke sekolah-sekolah di luar tempat saya mengajar yang bisa saya lakukan sepulang sekolah. Sebagai Kandidat SPL Nasional, saya menjalani Uji Penerjunan ke sekolah-sekolah dan membawa program Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) Nasional. Program yang sejalan dengan keinginan saya agar pelajar, terutama siswa saya mendapatkan pendidikan literasi.
Pada perjalananan saya ke 17 sekolah yang berhasil saya kunjungi, ada beberapa sekolah yang berkesan. maka saya gunakan momen tersebut untuk melatih kemampuan siswa berkomunikasi di depan publik. Teman-teman yang lain juga bisa memberikan pujian dan komentar baik untuk karya teman-temannya. Satu yang membuat saya lebih bersemangat adalah pihak sekolah menyadari pentingnya pendidikan literasi yang ditawarkan oleh program GSMB.
Tantangan terberat di masa ini adalah momentum hari kemerdekaan yang mana para guru dan siswa melakukan perlombaan 17 Agustus, yang memungkinkan mereka sibuk dalam perelatan kegiaatan setiap saat di mana hal ini serupa dilakukan di sekolah sekolah lainnya, untuk itu saya bergegas dan mensosialisasikan dalam bentuk forum kegiatan serta melalui pemanfaatan teknologi WhatsApp group agar mengkontrol setiap sekolah yang bisa dikunjungi dan yang tidak, setelah itu kami melakukan pembinaan dan pembimbingan ke sekolah yang sudah lebih dulu mengunduh juknis GSMB dan sudah kami pelajari. Bimbingan untuk pendaftaran dan selama mengikuti program ini. Program GSMB adalah kenangan bagaimana berkolaborasi dengan guru, kepala sekolah dalam upaya mengembangakan literasi. Berkolaborasi, berdiskusi dalam rangka menyamakan frekuensi tentang pentingnya pendidikan literasi. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Menjadi Kandidat Kandidat SPL Nasional telah menumbuhkan optimisme saya sebagai guru dan pengelola satuan pendidikan non-formal untuk memberikan pendidikan literasi bagi siswa. Tidak hanya untuk siswa di sekolah saya, tetapi siswa-siswa di sekolah lain, di daerah yang telah saya jangkau selama masa Uji Penerjunan. Semoga, saya lolos menjadi SPL Nasional dan melanjutkan penjelajahan ini ke lebih banyak sekolah.