Oleh:Sri Narti, M.Pd.
“Sebagai seorang pendidik jadilah seperti air,
tetap teguh pendirian namun mampu dalam
menjalani semua proses belajar.”
Semangat begitu terlihat dari tatapan mata yang penuh gairah, saat mereka menyapa saya, Sosialisator Program Literasi Nasional (SPL Nasional) yang mendatangi sekolah tercintanya. Sambutan yang hangat dan penuh keramahan ia sajikan saat diri ini hadir dengan penuh semangat dan energi positif untuk mengubah dan memajukan literasi di sekolah-sekolah negeri tercinta kita.
Senyuman merekah dan penuh simpati dari mereka para generasi penerus bangsa yang memberikan harapan baru bagi diri saya. Merekalah anak-anak bangsa kita, maka selayaknya mereka mendapatkan suatu yang terbaik untuk kemajuan diri dan masa depannya.
Memang kesan pertama yang saya rasakan sebagai Sosialisator Program Literasi Nasional (SPL Nasional) adalah perasaan yang bercampur aduk, sulit untuk saya ungkapkan. Perasaan senang, gembira, sedih, dan rasa haru bercampur menjadi satu. Rasa yang bercampur aduk itu membuatku semakin merasa tertantang untuk terus maju tanpa henti.
Perasaan itu hadir bersamaan dengan simpati dan empati pada dunia pendidikan, terutama literasi. Literasi yang mampu membuat mereka merasa percaya diri dengan karya yang mereka ciptakan. Literasi yang membuat perubahan peradaban bangsa yang lebih maju dan baik lagi. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa negara Indonesia merupakan salah satu negara yang masih rendah tingkat literasinya. Untuk itu perlunya para pendidik untuk menggiatkan kembali literasi di negeri kita tercinta ini.
Menjadi Sosialisator Program Literasi Nasional (SPL Nasional) merupakan kebanggaan sendiri bagi saya. Bangga karena saya mampu menjadi bagian dari sebuah peradaban bangsa ini. Bangga bahwa saya masih bisa menyentuh mereka secara langsung dengan pendidikan. Bangga bisa memberikan sebuah informasi untuk kemajuan literasi yang ada di negeri tercinta ini. Bangga bahwa saya Sosialisator Program Literasi Nasional (SPL Nasional) yang dapat bertemu mereka dalam sebuah forum yang formal dan sharing tentang dunia literasi yang ada di nusantara ini terutama daerah tercinta saya.
Dengan menjadi SPL Nasional maka saya yang dulu masih malu-malu untuk bertemu dan berbicara dengan orang lain apalagi pejabat, sekarang sudah tidak malu lagi. Saya sudah merasa lebih percaya diri dan tidak merasa grogi lagi, jika saya harus berhadapan dengan kepala sekolah dan pejabat.
Dalam perjalanan selama bertugas menjadi Sosialisator Program literasi Nasional (SPL Nasional), tidak semulus yang teman-teman bayangkan. Ada banyak rintangan dan hambaan dalam perjalanan saya sebagai sosialisator. Akan tetapi, seorang sosialisator harus mampu untuk menghadapi semua rintangan yang ada. Rintangan bagi seorang sosialisator adalah bagian dari sebuah proses belajar yang harus dilalui.
Rintangan-rintangan dan hambatan merupakan bagian dari sebuah proses sosialisasi. Rintangan-rintangan itu juga terjadi pada diri ini. Hambatan dalam bersosialisasi pasti ada, namun dengan kekuatan dan azzam yang kuat maka saya mampu mengatasinya. Hambatan dalam bersosialisasi yang saya alami adalah salah satunya jarak yang lumayan jauh antara sekolah yang disosialisasi dengan sekolah tempat saya mengajar, juga waktu bersosialisasi juga harus menyesuaikan dengan jam mengajar. Belum juga adanya penolakan dari pihak sekolah tersosialisasi yang kurang berkenan. Hal itulah yang membuat saya sebagai seorang SPL Nasional selalu menguatkan niat dan membesarkan hati untuk selalu kuat dalam menjalani semua proses yang saya jalani. Rintangan dan hambatan yang ada tidaklah menyurutkan niat saya untuk mengabdikan diri ini pada dunia pendidikan,
Demi peradaban dan pendidikan anak-anak bangsa, maka saya dengan tulus hati menjelajah untuk mengubah sebuah peradaban dalam bidang pendidikan khusunya literasi. Membuat sebuah perubahan pendidikan dimulai dari bidang literasi untuk menumbuhkan kebiasaan untuk terus belajar, membaca, dan menulis untuk membuat sebuah karya yang nantinya akan diabadikan dalam sebuah buku. Dengan menulis membuat karya, maka akan terbangun anak-anak yang berkarakter kreatif dan mandiri untuk menuju Profil Pelajar Pancasila. Dengan berkarya juga akan menumbuhkan sikap percaya diri pada anak-anak bahwa ia mampu berkarya dan mampu memberikan inspirasi kepada teman-teman dan sesamanya.
Bersosialisasi juga membuka cakrawala saya tentang perkembangan literasi yang ada di daerah saya, khususnya Kabupaten Gresik, yang kita kenal dengan sebutan Kota Industri, yang juga merupakan kota tempat kelahiran saya. Kabupaten Gresik adalah salah satu kota kecil yang berada di Provinsi Jawa Timur dengan jumlah penduduk yang cukup padat, dan merupakan kota kawasan industri dengan UMR cukup bagus urutan kedua setelah Kota Surabaya. Dengan latar belakang daerah dan pendapatan kota yang cukup baik, maka selayaknya pendidikan juga naik mengikutinya. Namun untuk bidang literasi masih perlu berbenah dan ditingkatkan lagi.
Minat sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Gresik untuk program literasi cukup baik. Sekolah-sekolah sangat menyambut dengan baik program yang ada yaitu Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional). Dengan adanya minat yang cukup baik tersebut maka akan memudahkan saya sebagai sosialisator untuk melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang ada di daerah saya. Namun perlu digarisbawahi juga bahwa sebagai SPL Nasional memiliki tugas untuk menjelajah membuka pintu untuk mengubah menuju gerbang peradaban pendidikan yang berkemajuan melalui program literasi yaitu Program Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional).
Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional) memfasilitasi guru dan siswa mulai jenjang SD sampai SMA untuk berkarya menulis buku, dengan memberikan fasilitas yang sangat bagus untuk perkembangan pendidikan khususnya di bidang literasi, dengan berkarya menulis buku. Untuk itu sebagai SPL Nasional maka dengan sekuat tenaga dan daya dengan menjelajah semesta untuk mengubah pendidikan menjadi lebih baik melalui literasi.
Melalui Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional) maka banyak siswa dan guru yang telah terfasilitasi untuk berkarya menulis buku. Banyak siswa dan guru yang sudah membuktikan dirinya mampu berkarya dan karyanya bisa dinikmati oleh banyak orang. Karya yang mampu memberikan inspirasi dan pencerahan bagi orang lain, karya yang mampu menjadi semangat bagi teman-teman dan orang lain, serta mampu menularkan hal baik bagi pembaca dan masyarakat.
Dengan berkarya maka menumbuhkan kita rasa percaya diri, bahwa kita juga mampu melakukan. Dengan rasa percaya diri maka akan mampu menularkan energi positif kepada orang lain. Sehingga apa yang kita lakukan akan dapat bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. Karena sejatinya manusia yang terbaik adalah manusia yang mampu bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat.
“Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Untuk itu menulislah maka hidup akan menyejarah.”
Biodata Penulis:
Sri Narti, anak keempat dari lima bersaudara ini, lahir di Gresik, Jawa Timur. Lulus S2 di Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Surabaya. Saat ini ia mengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Ibrah Gresik. Ia sangat excited dengan dunia jurnalistik, suka menulis cerpen, artikel, esai, puisi, kisah inspiratif, dan karya tulis ilmiah. Ia juga telah menerbitkan puluhan buku antologi dan beberapa buku yang masih dalam proses cetak.
Ia juga tergabung dalam organisasi kepenulisan seperti Forum Lingkar Pena (FLP Gresik) dan Komunitas Rumah Menulis (KRM) serta Pejuang Literasi (PL). Hobi menulis dan menjadikan bacaan sebagai pintu inspirasi dalam menghasilkan suatu karya. Jalani hidup penuh keyakinan dan ikhtiar. Ikhlas dan sabar kunci menuju kebahagiaan.
Untuk mengenal lebih dekat bisa menghubungi melalui:
FB Sri Narti,
IG @sinarti47,