Perkenalan saya dengan Nyalanesia dimulai sejak setahun silam, saat saya menjadi guru koordinator dan mendaftarkan sekolah saya dalam program Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) di tahun 2021. Sebuah pengalaman yang menarik dan penuh tantangan. Hingga akhirnya di tahun 2022 saya berkesempatan menjadi bagian dari Kandidat Sosialisator Program Literasi Nasional (KSPLN). Jika tahun lalu saya berjuang meyakinkan civitas sekolah saya untuk berperan aktif dalam mengembangkan iklim literasi di sekolah. Kini saya terjun langsung meyakinkan sekolah lain di Kabupaten Sampang untuk ikut serta dalam program literasi yang bergengsi ini.
Saya memulai uji penerjunan dengan menghubungi dua rekan KSPLN lain di daerah saya untuk bersama-sama mendatangi stakeholder terkait. Kami mendatangi Kepala Dinas Pendidikan Sampang untuk mendapatkan surat rekomendasi. Namun saat itu beliau sedang ada acara di luar kota. Alhasil kami melanjutkan perjalanan untuk menemui Ketua MKKS Sampang. Setelah berbincang cukup lama, belum ada respon yang cukup baik karena satu dan lain hal.
Ketika kami akan berpisah, saya melihat ekspresi kecewa dari dua rekan saya. Tak lama setelahnya saya mendapatkan kabar bahwa mereka berdua ingin mundur sebagai KSPLN. Mendengar hal ini tak lantas menyurutkan niat saya untuk terus bergerak. Justru menjadi pelecut semangat saya untuk mensosialisasikan gerakan literasi di Kabupaten Sampang.
Selama masa penerjunan, saya berhasil mendatangi 18 sekolah secara langsung. Saya membaginya menjadi beberapa kategori. Pertama, sekolah yang kurang tertarik dalam program literasi. Kedua, sekolah yang tertarik namun terkendala dalam pembiayaan atau hal teknis lainnya. Ketiga, sekolah yang langsung ingin mendaftar hanya dalam waktu kurang dari 10 menit.
Sekolah pertama yang saya kunjungi adalah SD Al-Madani. Kedatangan saya disambut dengan baik oleh Kepala Sekolah Pak Hasbi. Meskipun merupakan sekolah swasta, namun semangat literasi di sekolah ini cukup terlihat. Dengan keterbatasan dana yang ada, meski belum memiliki perpustakaan, sudah ada pojok baca di beberapa sudut sekolah.
Ada kejadian menarik saat saya ingin pergi dari SD Al-Madani. Kontak sepeda motor saya hilang. Saya naik turun tangga, mendatangi beberapa ruangan yang tadi saya masuki. Tak kunjung ketemu. Dengan kaki yang mulai lelah, saya melangkah ke tempat parkir. Rupanya sejak awal kunci tersebut masih menempel di sepeda motor. Saya pun memacu sepeda motor sambil tertawa.
Hal menarik juga saya temui saat berkunjung ke SMP Al-Ittihad. Berada di lingkungan pondok pesantren, membuat siswa dan siswi terpisah. Saya kala itu mengunjungi kawasan putri. Awalnya saya sempat ragu apakah saya boleh memasuki kawasan pondok putri tersebut. Setelah bertanya ke penduduk sekitar, akhirnya saya beranikan diri masuk ke kawasan pondok putri. Saya bertemu langsung dengan Pak Mudhar selaku kepala sekolah. Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk menjelaskan tentang GSMB karena tahun sebelumnya sekolah ini pernah mengikuti GSMB. Kami lebih banyak berbincang tentang literasi di sekolah dan di Sampang secara umum. Rupanya beliau sangat aktif dalam kegiatan literasi, khususnya yang berkaitan dengan sastra.
Saya sempat diajak untuk masuk ke halaman sekolah. Dari sana saya bisa melihat majalah dinding dengan beragam tulisan di dalamnya. Sekolah ini juga pernah mengadakan acara bedah buku. Keberadaan saya di halaman sekolah rupanya menarik perhatian sejumlah penghuni sekolah yang semuanya adalah perempuan. Karena memang, sangat jarang ada pria yang bukan guru mereka masuk ke kawasan ini. Pak Mudhar yang memang peduli pada literasi ingin sekali mengikuti GSMB untuk yang kedua kalinya. Namun karena guru yang biasa ditunjuk sebagai guru koordinator sedang hamil muda, maka ia mengurungkan niatnya karena tidak ingin memberikan beban tambahan.
Sudah belasan sekolah yang saya datangi, namun belum ada yang memantapkan niat untuk mendaftar. Semangat saya mulai goyah. Namun perjalanan saya ke sebuah sekolah membuat semangat itu kembali membara. Sekolah itu adalah MTsN 1 Sampang. Saya bertemu langsung dengan Ibu Emmy selaku kepala sekolah. Karena sekolah ini pernah mengikuti GSMB Nasional di tahun sebelumnya, saya tidak menjelaskan panjang lebar tentang GSMB Nasional. Saya hanya menjelaskan sekilas dan langsung menawarkan keikutsertaan kepada beliau.
Tak disangka, Bu Emmy langsung mengiyakan. Ini membuat saya kaget sekaligus senang. Karena kurang dari 5 menit, tanpa berpikir lama, beliau langsung memutuskan ingin mengikuti GSMB Nasional kembali. Lalu meminta saya untuk menghubungi guru koordinator yang ditunjuk untuk membicarakan teknis pendaftaran. Saya semakin yakin bahwa GSMB Nasional adalah program yang bermanfaat dalam pengembangan literasi di sekolah.
Hal serupa juga terjadi saat saya berkunjung ke SMAN 3 Sampang. Saat itu kepala sekolah sedang berhalangan karena ada agenda lain. Lantas saya bertemu dengan Ibu Okta selaku Waka Kesiswaan. Beliau langsung mengenali saya. Sebelumnya saya memang pernah berkolaborasi dengan beliau dalam Pelatihan Akun Belajar.id di SMAN 3 Sampang. Karena sudah saling mengenal, obrolan kami pun lebih santai dan cair. Saya pun menceritakan tentang GSMB dan menjawab sejumlah pertanyaan terkait program ini. Tak sampai 10 menit, Bu Okta menyatakan ketertarikan dan akan membicarakannya dengan kepala sekolah. Beberapa hari setelahnya saya mendapat pesan WhatsApp dari Bu Okta bahwa SMAN 3 Sampang bersedia mengikuti GSMB Nasional.
Dari 18 sekolah yang saya kunjungi, ada 3 sekolah yang mendaftarkan diri dalam GSMB Nasional. Sekolah itu antara lain adalah sekolah saya sendiri SMPN 2 Robatal, MTsN 1 Sampang dan SMAN 3 Sampang. Beberapa sekolah sebenarnya ingin mengikuti GSMB Nasional, tetapi terhalang oleh kendala teknis. Seperti misalnya waktu yang kurang tepat lantaran banyak sekolah yang sedang mengikuti beragam agenda agustusan. Ada pula yang mengurungkan niat lantaran tidak ada guru yang sanggup menjadi guru koordinator, baik karena hamil atau mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Pun juga sekolah yang terkendala urusan pembiayaan.
Banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan selama masa uji penerjunan KSPL Nasional. Saya belajar berkomunikasi dengan berbagai sosok dengan karakter yang berbeda. Bertemu dengan guru-guru hebat yang peduli pada literasi dengan caranya masing-masing. Belajar untuk menerima penolakan dengan lapang dada. Melatih diri untuk membagi waktu secara efektif antara mengajar dan sosialisasi. Serta memacu diri untuk tetap konsisten dan terus melangkah demi mengembangkan nyala literasi di daerah.
Saya percaya, semua hal dimulai dari satu langkah. Sebagai manusia kita harus terus bergerak. Untuk memajukan literasi di daerah memang tidaklah mudah. Namun selama masih punya nyala api yang membara, kita bisa menyalakan percikan api lainnya. Dari satu percikan ke percikan api berikutnya. Hingga akhirnya semua percikan api itu menyatu menjadi sebuah nyala api besar yang menerangi Indonesia. Nyala api literasi bernama Nyalanesia.
Saya Jamaluddin, pemuda Desa Tambelangan- Sampang yang saat ini menjadi guru bahasa inggris di UPTD SMPN 2 Robatal. Saat ini saya sedang mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6. Saya juga merupakan Google Master Trainer sebagai Pendidik Bersertifikasi Google Level 1.
Temukan saya di Tretanjamal.com | IG @tretanjamal
Dapat dihubungi melalui jamaluddin551@guru.smp.belajar.id