Meraih Mimpi di Usia Senja

Berjalan dengan penuh keyakinan dan harapan, mengetuk pintu demi pintu lembaga sekolah, menyalakan literasi melalui Program Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional. Doa dan harapan besar menyala di dada melangkah maju menyuarakan literasi dengan segenap daya dan upaya agar terdengar merdu dan menarik bagi siapapun yang mendengarnya. Bahagia rasanya ketika kehadiranku disambut dengan sapaan ramah, senyum bersahabat, dan pertanyaan-pertanyaan penasaran akan program yang ditawarkan, meskipun pada akhirnya belum ada kepastian untuk ikut berpartisipasi karena berbagai alasan. Menjadi kecil hati saat kedatanganku begitu tidak diharapkan dan kata-kata sumbang yang diucapkan, terdengar begitu getir dan menyakitkan. Beberapa diantaranya berkata mereka sudah mengadakan kerjasama dan sedang terikat kontrak dengan penerbit.

Menyimak percakapan dalam grup aku merasa begitu kecil, ternyata peserta yang lolos dan menjadi peserta KSPLN (Kandidat Sosialisator Literasi Nasional) dari berbagai daerah di Indonesia adalah orang-orang hebat yang sudah memiliki nama dan mahir dalam bidang keliterasian di daerah mereka, sehingga mereka bisa merangkul sekolah untuk mengikuti Program Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMBN) tahun 2021 dan aku sangat bersyukur bisa tergabung bersama mereka. Perasaan iri akan keberhasilan mereka dan begitu antusiasnya sekolah di daerah mereka ambil peranan dalam program, menjadi motivasi bagiku untuk terus berupaya mengembangkan literasi di daerahku.

Kalau di daerah lain bisa  kenapa di daerahku tidak bisa?

Batas waktu yang diberikan telah usai dan aku masih belum berhasil mengantarkan satu sekolahpun untuk bersedia mengikuti Program Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional. Harapanku untuk menjadi Sosialisator Penggerak Literasi Nasional pupus sudah, aku merasa telah gagal dalam tes uji lapangan karena sepengetahuanku, salah satu penentu untuk bisa lulus uji lapangan adalah kandidat yang mampu mengantar sekolah mendaftar dan berpartisipasi dalam Program Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional. Meskipun aku gagal menjadi Sosialisator Penggerak Literasi Nasional tetapi aku bersyukur sudah diberi kesempatan untuk berperan dalam Program Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional, paling tidak aku memiliki kesempatan untuk menyuarakan literasi didaerahku sehingga dengan suaraku tersebut ada beberapa orang yang tergerak hati, menyadari betapa pentingnya menyalakan kembali literasi kepada anak-anak negeri yang nantinya akan membawa perubahan menuju Indonesia yang lebih baik, itulah suara hati kecilku.

Nada dering keras HP jadulku mengusik ketenanganku malam itu. Seseorang mengirimkan pesan melalui WhatsApp menyampaikan pesan dan kabar yang tidak begitu saja aku percaya bahwa ternyata aku salah satu kandidat yang lolos dan terpilih menjadi Sosialisator Penggerak Literasi Nasional. Sujud syukur kepada Tuhan setelah aku membaca link pengumuman yang disampaikan oleh mbak Ira. Air mata haru dan bahagia bercucuran bukan karena aku terpilih menjadi SPLN. Selama ini aku hanya menyuarakan literasi melaui kegiatan mendongeng yang diadakan oleh Arpusda dan Pendopo Kabupaten Wonosobo untuk Anak Usia Dini, serta sesekali diundang untuk mengisi kegiatan bercerita, namun kini aku memiliki jalan, kesempatan, dan ruang yang lebih luas untuk menyuarakan literasi, sungguh anugerah luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Bertemu langsung dengan Andy Noya di Arpusda Wonosobo saat diklat bercerita sudah membuat saya kagum dengan teknik bercerita beliau yang luar biasa, kemudian dipertemukan kembali dalam acara Pelantikan SPLN membuat hati ini bangga, bahagia, dan takjub. Bertemu dengan Bukik Setiawan dengan segudang pengalaman, penuh ide dan gagasan, jatuh bangun, sehingga mencapai puncak tertinggi dari harapan, membuka hatiku bahwa apa yang aku lakukan selama ini belum seberapa dibandingkan mereka yang sudah bergerak lebih dulu, berjuang menyuarakan literasi. Mereka berdua adalah sosok inspiratif yang telah menyulut hati ini untuk tidak berhenti terus menyuarakan literasi untuk anak-anak negeri. Mereka berdua adalah motivator yang sudah mengobarkan semangat di hati ini untuk terus menyalakan masa depan yang lebih terang melalui literasi.

Usiaku sudah tidak muda lagi, di usia senja ini aku ingin memanfaatkan sisa umurku untuk menjadi penggerak literasi. Dengan segala keterbatasan kemampuan, pikiran, dan tenaga, terus mengobarkan semangat literasi di daerahku sehingga bumi pertiwi ini memiliki generasi-generasi literat yang penuh dengan ide cemerlang, menuangkan gagasan dalam tulisan, memiliki semangat juang, dan memiliki masa depan yang gemilang. Aku ingin menunjukkan bahwa usia bukan hambatan untuk terus berjuang, di mana ada kemauan di situ jalan akan dibukakan. Aku ingin terus bermimpi dan berusaha menggapai mimpiku bahwa suatu saat nanti negeri ini akan damai, aman, sentosa, dan sejahtera karena dipenuhi dengan orang-orang berilmu berkat literasi.

Artikel Terkait