Awal tahun 2021 saya menuliskan resolusi yang ingin saya capai, salah satunya adalah memiliki buku karya sendiri. Hal ini saya lakukan mengingat kegiatan menulis yang masih minim. Kian hari saya merasa alam ini seolah menjerat saya mendekati ranah resolusi yang telah saya tuliskan. Seakan jagat raya ini menarik saya untuk menyelam ke dunia menulis ini. Mulai dari workshop kepenulisan yang digaungkan oleh IGI, kemudian pelatihan kepenulisan secara daring di platform Alineaku selama satu bulan, dan yang terakhir terbukanya jalan bertemu dengan Nyalanesia. Terus terang informasi tentang Nyalanesia saya dapatkan dari media sosial. Saya membaca salindia demi salindia, mencoba memahami kegiatan yang ditawarkan. Seketika saya langsung jatuh cinta dengan perekrutan 100 SPL Nasional, seraya bergumam saya akan ada di 100 orang terpilih ini. Saya ingin mencetak sejarah baru di Kabupaten Aceh Timur, karena saya yakin program ini belum ada. Saya ingin menjadi penggebrak pertama di daerah saya. Begitu tekad saya.
Saban hari saya terus memantau postingan ter-update dari media sosial Nyalanesia, saya mencari informasi adakah sekolah di Aceh yang sudah bergabung? Begitu mendapat jawaban, saya bergegas mencari relasi yang berada di sana. Berkat luasnya jaringan pertemanan yang saya miliki, melalui diklat-diklat yang pernah saya ikuti, di hari yang sama saya mendapatkan apa yang saya cari, yaitu nomor WA guru koordinator beserta temannya. Yang kemudian hari saya ketahui bahwa ia juga salah seorang SPL tahun lalu. Betapa girangnya hati saya atas kemudahan yang saya lalui ini. Saya mencoba menghubungi guru tersebut, saya membuka percakapan bahwa saya ingin menggali pengalamannya. Alangkah terkejutnya saya ternyata ia enggan berbagi dengan berdalih sudah lupa. Ah, sungguh terlalu, mana mungkin sesuatu yang kita sukai bisa terlupa begitu saja, pikirku. Ya sudah, saya positive thinking saja, mungkin waktu yang kurang tepat ataukah saya sedang diuji kesabaran.
Betapa hal ini menjadi cambuk bagi saya untuk berusaha maksimal dengan kemampuan yang ada, ikhtiar sungguh-sungguh, hasilnya luar biasa. Masya Allah, Tabarakallaah..
Babak penyisihan pertama yaitu seleksi administrasi terlampaui dengan baik sehingga menghasilkan 1000 besar, bersyukur saya termasuk di dalamnya. Berikutnya uji kompetensi tentang program Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB), untuk memilih 500 besar lagi-lagi keberuntungan memihak saya. Babak demi babak dilewati dengan ketar ketir, khawatir terlewatkan tetapi Alhamdulillaah berkat perjuangan dan semangat juang tinggi berhasil menjadi SPL Nasional mewakili Kabupaten Aceh Timur tercinta. Tentunya ini menjadi suatu hal yang baru di daerah saya. Saya harus merintis dari dasar. Bismillaah…
8 Juni 2021, tibalah masa penerjunan, saya memfokuskan diri untuk mensosialisasikan GSMB di korwil terdekat terlebih dahulu, mengingat waktu dan jarak tempuh yang akan dilalui lebih efisien. Saya terjun ke SD di mana putri-putri saya belajar, sesampai di sana ternyata sedang ada rapat gugus. Setelah menunggu beberapa saat, saya pun dipersilakan masuk ke ruang kepala sekolah, sambil melangkah ke ruang kepala sekolah ada kepala sekolah lainnya yang sedang jalan keluar dai ruang rapat bertanya, “ada keperluan apa May?”. Mungkin beliau heran dengan kedatangan saya yang langka ini, hehe… secara saya adalah guru SMP, koq tumben ke SD, saya menjawab, “ingin mensosialisasikan program Gerakan Sekolah Menulis Buku, bu.” Ia menyanggah, “ada uang masuknya, May?” Waduh, ada bala apa ini? Gumam saya. Saya balas dengan senyum paling manis saja, wkwkw…
Keesokan harinya, saya ditemani seseadik untuk kembali menjelajahi salah satu SMP favorit di Kabupaten Aceh Timur. Sesampai di sana ternyata ada acara Pelatihan Dupak yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Timur. Di bawah kepemimpinan ibu kepala sekolah berprestasi sang juara nasional ini menyambut hangat program GSMB yang saya sosialisasikan.
Yang membuat saya kagum, sambil saya menjelaskan ibu langsung mengetik pesan chat di WAG sekolahnya, memberi instruksi agar gurunya mendata peserta didik untuk diikutsertakan dalam program literasi ini. Benar-benar gesit, gerak cepat dalam mengambil keputusan. Sungguh ini sasaran yang tepat pikir saya.
Setelah itu, saya pun diajak bertemu bapak Sekretaris Dinas yang tengah mendampingi peserta pelatihan. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, saya membatin. Alhamdulillah ya Allah sambutan bapak sekdis juga baik. Beliau menyarankan agar menemuinya kembali di Kantor Dinas setelah shalat Dzuhur. Saya pun berlalu dengan gembira.
Berkat bergabungnya sekolah tersebut telah mengantarkan saya menuju posisi 100 SPL Nasional terpilih. Alhamdulillaah, ini menjadi pemicu semangat juang dalam diri saya. Saya yakin amanah yang besar ini akan saya emban dengan baik, berkat dukungan dan semangat yang saya dapatkan dari teman-teman KSPL dan teman-teman guru, serta kepala sekolah yang berani mengambil keputusan mensukseskan program GSMB ini. Terima kasih Nyalanesia, telah memberi kesempatan emas khususnya bagi saya perwakilan Kabupaten Aceh Timur untuk pertama kalinya. Insya Allah saya siap berjuang menggerakkan literasi.
Nyalakan masa depan Indonesia!