Nyalanesia di Lereng Tambora - Penggerak Literasi

Nyalanesia di Lereng Tambora

NYALANESIA DI LERENG TAMBORA

Sebagai pengelola Perpustakaan desa, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk duduk membaca, berdiskusi dan berceriata dengan pengunjung yang masih usia dini. Untuk kemajuan perpustakaan saya dengan teman-teman banyak melakukan kegiatan yang terintegrasi dengan pihak lain yang se visi dalam pembangunan generasi bangsa.

Koneksi  yang  luas dengan berbagai pihak menggiring saya menemukan situs link Nyalanesia. Informasi yang saya dapatkan dari grup WA Literasi “KNTBM” Konsorsium NTB Membaca.

Dengan berbagai keterbatasan dan kendala terutama yang berhubungan dengan jaringan internet menjadi cerita tersendiri dalam perjalanan saya sebagai KSPL. Sering kali pada saat melakukan Zoommeting harus terhenti dikarenakan jaringan internet yang tergantung pada listrik yang sering kali terganggu akibat cuaca.

Setelah melakukan registrasi dan ujian secara daring saya sempat pesimis untuk lolos menjadi SPL Nasional, ini semua diakibat keterbatasan pemahaman tentang IT. dengan bantuan dan dukungan teman dan keluarga membuat keyakinan muncul dan terus berbuat. Alhamdulillah terasa bagai mimpi ternyata nama saya terpampang dalam daftar 100 nominasi yang lolos sebagai SPL Nasional dengan nomor urut 40.

Sebelum informasi membahagiakan ini saya dapatkan, berbagai rintangan dan halangan saya temukan. Hari itu setelah SK uji penerjunan saya dapatkan, saya memulai kegiatan sosialisasi KSPL pada salah satu Madrasah lebih tepatnya Pondok Pesantren Nurul Hikmah, madrasah yang tidak begitu jauh jaraknya dengan Perpustakaan Desa yang saya dan teman-teman kelola.

Sambutan hangat dan senyum para Ustadz ustadzah, membangkitkan Optimisme saya. Dengan semangat, “ maklum baru awal”. Dihadiri oleh seluruh tenaga pengajar termasuk 2 Kepala Madrasah pada hari itu saya memulai sosialisasi .

Materi sudah siap, tinggal sosialisasi, saya pikir kita akan sosialisasi di ruang guru, kenyataannya kepala Madrasah mengarahkan saya ke lapangan  sembari berkata “maaf ibu, anak-anak sudah menunggu di lapangan”.  Saya sempat bingung, ternyata pihak sekolah beranggapan kalau kedatangan saya ini merupakan kegiatan literasi yang biasa saya lakukan, maklum Madrasah Nurul Hikmah adalah salah satu mitra Literasi dan Perpustakaan Desa Kadindi, dengan kejadian itu kami seisi ruangan hanya terdiam, sesekali kepala madrasah membuka komunikasi dengan senyum.

Sosialisasi pun berlanjut, program GSMB Nasional tersampaikan dengan sambutan yang menggembirakan, karena pada hari itu juga pihak sekolah menyatakan diri untuk ikut serta dengan program yang kami bawa.

Pagi yang cerah, saya hanya terdiam disudut lorong kelas, ingin melanjutkan kegiatan sosialisasi disalah satu madrasah yang lumayan jauh dari kediaman saya. namun niat terhenti dikarenakan harus hadir dan mengikuti kegiatan disekolah SMPN 2 Pekat sebagai tempat SK Tugas saya sebagai pegai negeri sejak tahun 2003. Sebuah kesyukuran madrasah yang ingin saya kunjungi sanggup menerima keatangan kami yang tidak sesuai dengan janji awal, dan Alhamdulillah kegiatan pada hari itu berjalan dengan lancar.

Seperti hari- hari sebelumnya saya harus mencari waktu yang lowong untuk dapat melakukan sosialisasi GSMBN, hari ini mengulang jadwal yang tertunda.  Dengan mantap dan penuh hati-hati saya menurunkan kaki yang dibaluti sepatu kulit di atas hamparan debu, supaya tidak terpapar debu yang mencoklat di halaman  SDN 14 Pekat. SDN 14 Pekat merupakan salah satu dari 36 SD yang ada di kecamatan Pekat, salah satu kecamatan paling ujung di pulau Sumbawa.

Lama menunggu, ternyata sekolah masih sepi hanya ada satu dua orang siswa yang mengawasiku dari kejauhan, saya mampu memahami yang ada dalam pikiran anak itu, seolah-olah  dia menganggap saya adalah guru baru yang akan bertugas di sekolah mereka. Tidak lama termenung sembari saya mencoba mengakses salah satu aplikasi social yang ada di ponselku, ternyata jaringan di sini  tidak begitu kuat, “wadduh..!” tidak sadar suara terlontar dari bibir ini. Saat saya mencoba menggeser ponsel kekiri dan kekanan berharap jaringan bertambah kuat, pada saat itu saya mendengar suara menegurku dari arah belakang yang ternyata kepala sekolah, “maaf ibu, sudah lama nyampe “ dengan senyum saya menjawab “ enggih ibu” yang artinya Iya.

Sosialisasi GSMBN pun berjalan dengan baik dan mendapatkan respon yang baik dari para guru yang hadir. Tanya jawabpun terjadi, sesekali dari salah seorang guru berujar,  “ wah ini program bagus akan sangat membantu”. Sosialisasi berakhir namun tugas belum selesai, saya bersama beberapa rekan guru harus keluar lumayan jauh dari area sekolah untuk mencari jaringan yang kuat untuk mengisi laporan dan tanggapan tentang pertemuan hari ini.

Dengan rasa lega, saya memacu sepeda motor metik   berwarna hitam yang selama ini setia menemani saya untuk  melakukan sosialisasi, meninggalkan SDN 14 Pekat menelusuri jalan menurun menuju madrasah Tsanawiyah Darussalam dengan harap dapat bertemu dengan pimpinan Madrasah hanya untuk membuat janji “kapan ada waktu untuk  diberikan izin sosialisasi.

Usaha belum berakhir, jam menunjukan pukul 20.00 wita, saya mencoba menghubungi Kepala sekolah SMPN 7  Pekat via telpon untuk meminta izin melakukan sosialisasi GSMBN, sangat jelas terdengan dari balik telpon dia berujar, “dengan senang hati kami tunggu kehadirnnya besok pagi bu,” dengan ucapan yang sopan saya menyampaiakan, “terimakasih banyak pak atas kesempatan yang diberikan untuk saya” mengucapkan salam dan menutup telepon.

Kali ini jarak yang saya harus tempuh lumayan jauh, saya harus menelusuri 10 km jalanan sempit yang hanya dibaluti aspal lapen yang tentunya memiliki permukaan bergelombang, membutuhan sekitar 50 menit untuk dapat sampai ke SMPN 7 Pekat.

Menunggu lagi, hari ini ternyata sekolah sedang mengadakan kegiatan rutin akhir semester. Dari balik pintu kepala sekolah mempersilahkan saya untuk duduk menunggu di ruang kepala sekolah, kesempatan ini saya menfaatkan untuk membicarakan perihal literasi.  Waktu menunjukan pukul 11.00 wita, yang artinya saya sudah menunggu selama 4 jam, dan akhirnya saya dipersilahkan masuk ke ruang guru untuk melakukan kegiatan sosialisasi.

Pagi ini saya mencoba untuk menghubungi kepala sekolah SMPN 2 Pekat, sekolah dimana tempat saya menjadi guru bahasa Indonesia, untuk beberapa minggu terakkhir kepala sekolah sangat sulit ditemui, sudah beberapa kali saya mebuat janji untuk bertemu namun tidak kunjung bisa, berhubung ibu kepala sekolah yang masih sibuk mengurus persiapan pernikahan putrinya.

Sekedar mengisi waktu luang di sekolah hari ini saya duduk membaca diperpustakaan Sekolah, keberuntungan lagi berpihak kepada saya, sosok wanita paruh baya yang selalu mengenakan pakaian batik terlihat rapi, tiada lain dia adalah ibu kepala sekolah dimana tempat saya mengajar. Saya tidak membuang kesempatan kali ini untuk menyampaikan keinginan saya untuk melakukan sosialisasi di sekolah sendiri. Dengan santai di sudut sebuah ruangan perpustakaan yang agak lengang saya menyampaikan berbagai bentuk program Nyalanesia, dan saya sangat berharap kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari kepala sekolah.

Diujung perbincangan kami, beliau sampaikan sembari menjabat tangan saya yang terlihat terburu-buru ingin meninggalkan tempat, “Ibu Yani, tolong besok disampaiakn pada saat rapat sekolah biar semua kita memahami perihal ini”  “o ya bu terima kasih” ternyata  saya baru ingata bahwa besok adalah jadwal rapat akhir semester.

Saya kini merasa lega,  target sosialisasi yang paling penting bagi saya telah terlaksana, kendala yang paling besar selama ini saya hadapi adalah menghadapi kurangnya kepedulian insan pendidik terhadap gerakan literasi.

Artikel Terkait