Pengorbanan Adalah Sebuah Kehormatan - Penggerak Literasi

Pengorbanan Adalah Sebuah Kehormatan

Saat pulang dari sekolah sekitar pukul 14.52, baru saja masuk beranda rumah, tiba-tiba gawaiku berdering. “Dengan Bu Tetty? Saya dari Nyalanesia,” tanya seseorang di ujung telepon. “Iya, benar Pak,” jawabku kemudian. “Seandainya Ibu lolos, bersediakah ditempatkan di luar daerah?” tanyanya lagi. “ Siap, Pak!” ujarku penuh semangat. Walau sebenarnya dalam hati kecilku tak yakin akan lolos, karena sosialisasi yang kulakukan tidak maksimal. Waktu yang terbatas dan berbenturan dengan tugas-tugasku yang berjubel.

Hingga tiba saatnya 100 SPL Nasional terpilih diumumkan, aku mengecek satu persatu daftar nama mulai nomor urut 1 dan aku tertegun saat melihat di nomor 77 ada namaku, tapi nama daerahnya Majalengka. “Benarkah ini namaku?” gumamku tak percaya. Untuk menghilangkan rasa penasaran, aku bertanya kepada Mbak Gemini, Mentor KSPL Nasional, ternyata benar itu adalah namaku. Subhanallah, aku benar-benar lolos 100 SPL Nasional terpilih. Menyisihkan 400 orang, bukan hal yang biasa, tapi sangat luar biasa. Aku begitu bahagia.  Benar kata orang, bahagia itu susah diungkapkan dengan kata-kata.

Tak pernah kubayangkan perjalanan literasiku sampai di sini.  Aku merasa semuanya adalah rencana Tuhan. Sampai kapan pun, aku tak akan pernah melupakan orang-orang yang telah membuat aku jadi begini. Orang yang pertama kali selalu menyemangati untuk menulis adalah kakak perempuanku, yang bekerja di sebuah stasiun televisi. Beliau selalu bilang: “Kamu tuh sekolah jurusan sastra, masa ngga bisa nulis, kalah sama orang pertanian?” Kelakar Tetehku.  Aku balas tersenyum. Beliau selalu memberiku buku-buku, karena memang dari kecil aku senang membaca, tapi belum punya keberanian untuk menulis. Perlahan aku mulai belajar menulis, tapi belum berani kupublikasikan, masih malu-malu. Padahal aku adalah guru bahasa. Teteh selalu membawa teman-teman kerjanya ke Sumedang. Di antaranya salah satu pembawa acara di program televisi unggulan. Aku tahu sebenarnya tujuannya adalah untuk memotivasi aku. Ketika aku ulang tahun, Teteh memberi kejutan yaitu memberi buku yang ditandatangani oleh temannya itu. Tekadku semakin kuat untuk mulai menulis serius. Aku akan membuat Teteh terpana, kalau aku bisa menulis. Tapi sayang, Teteh meninggal di usianya yang masih produktif, sebelum menyaksikan aku seperti sekarang. Orang kedua yang berjasa adalah sahabatku, yang membimbing aku terus menulis, hingga akhirnya aku berada di sini sebagai SPL Nasional. Terima kasih Tuhan, Teteh dan sahabat baikku. Semoga Teteh selalu dalam dekapan Yang Maha Esa di Surga. Aamiin.

Ketika Nyalanesia memberikan Surat Kontrak Kerja, aku sempat gamang. Ternyata program yang akan aku kerjakan sangat berat. Butuh perjuangan yang tinggi, karena selain tempat sosialisasi di luar daerah, juga harus bersaing dengan situasi pandemi yang semakin bergolak. Batinku berperang, antara lanjut atau berhenti sampai di sini saja. Kupikir lagi, perjuangan sampai di sini tidaklah mudah. Masak sih, aku harus berhenti. Semangatku timbul kembali. Pantang aku menyerah, apalagi ini sudah setengah jalan. Akhirnya kuputuskan lanjut, Bismillah. Pasti di balik semua ini, ada rencana Tuhan yang lainnya.

Satu hari sebelum pelantikan, Mas Lenang memberikan flyer tentang Seremoni  Pelantikan dan acara NyalaTalks oleh Bukik Setiawan dan Andy F Noya. Sungguh ajaib, aku dipertemukan kembali dengan teman Tetehku, Bang Andy F Noya, walaupun hanya melalui online saat Zoom Meeting. Ingin rasanya aku berteriak, “Bang Andy, ini lho aku adiknya Kumala Dewi. Tetapi aku masih punya akal sehat, punya rasa malu. Nanti teman yang lain bilang, “Kenapa tuh, orang?” Waktu sesi pertanyaan pun aku sebenarnya ingin berbicara, tetapi karena melihat waktu yang tak memungkinkan, kuurungkan juga. Selesai Zoom Meeting, masih terpikirkan terus tentang Bang Andy. Entah keajaiban apa, yang akan mempertemukan aku dengan Bang Andy.

Keesokan harinya dibuka kesempatan menulis tentang kesan menjadi SPL Nasional, bertemu dengan Bang Andy dan Pak Bukik. Wah, semangat banget aku. Semoga tulisan ini bisa mempertemukan kembali aku dan Bang Andy, karena ketika aku bertemu di Zoom, serasa Teteh hadir kembali. Kubayangkan Teteh sangat bahagia, melihat aku ada di antara orang-orang yang hebat.

Setelah aku menyimak pemaparan dari Bang Andy dan Pak Bukik yang begitu memotivasi dan menginspirasi, semangatku semakin menyala. Tak ada lagi keraguan di hatiku. Perjalanan baru penggerak literasi akan kumulai.  Aku akan berjuang tanpa batas, dengan pengorbanan yang tinggi, karena pada dasarnya pengorbanan akan melahirkan kehormatan. Aku mendapatkan kehormatan untuk melunasi janji kemerdekaan, mencerdaskan kehidupan bangsa. Ya, harapanku menjadi SPL Nasional adalah ikut berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui program Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional. Semoga Indonesia akan menjadi lebih baik, lebih maju lewat langkah-langkah kecil ini.

Terima kasih Mas Lenang, Bang Andy, Pak Bukik dan Pak Arifin Nurdin, serta tim Nyalanesia yang telah menyalakan semangat literasiku. Tak terkira bahagiaku, menjadi bagian dari program ini.

Sumedang, 17 Juli 2021.

Artikel Terkait