Perkenalkan, ini Suster Imeldina Kepsek SMP Santo Yoseph Denpasar. Kami dipertemukan berkat sebuah kegiatan positif bernama literasi. Ya… Suster Imeldina adalah Kepsek yang sangat peduli literasi.
Sudah 3 tahun berturut-turut Suster Imeldina mendorong para murid dan guru SMP Santo Yoseph untuk aktif mengikuti kegiatan literasi Gerakan Sekolah Menulis Buku yang digagas oleh Nyalanesia. Sejak awal GSMB menjadi gerakan literasi nasional di tahun 2019, SMP Santo Yoseph selalu aktif berpartisipasi tak pernah absen satu kalipun sampai sekarang.
Saat acara Festival Literasi Nasional pertama di Surakarta 12 Maret 2020 lalu, Suster Imeldina juga datang membawa rekan guru dan murid dari sekolahnya untuk berpesta literasi bersama ratusan pegiat literasi lainnya dari seluruh penjuru Nusantara yang berkumpul bergembira bersama di Grha Wisata Niaga Surakarta, Jawa Tengah. Begitu antusiasnya Suster Imeldina terhadap dunia literasi.
Tak terasa sudah 2 tahun lebih persahabatan kami terjalin. Hingga suatu hari Suster Imeldina mengirimkan ucapan terima kasih di WhatsApp saya. “Terima kasih banyak ya sudah mengisi pengalaman bagus dan bermakna di majalah kami. Luar biasa!” Seperti itulah isi chat WhatsApp Suster Imeldina pada saya.
Jadi begini ceritanya. SMP Santo Yoseph baru saja menerbitkan Majalah Sekolah berjudul “Tetap Eksis di Masa Pandemi”. Suster Imeldina mengundang saya ke sekolah untuk memberikan majalah itu pada saya.
Saat bertemu, Suster Imeldina menceritakan pada saya jika selama ini SMP Santo Yoseph sebenarnya selalu rutin membuat majalah sekolah tiap 1 semester 1x. Tapi gara-gara pandemi kegiatan positif itu terhenti. Sudah 2 semester SMP Santo Yoseph absen tak membuat majalah sekolah lagi. Tapi berkat kegiatan Gerakan Sekolah Menulis Buku yang sudah diikuti sejak tahun 2019 sampai sekarang, semester ini SMP Santo Yoseph jadi punya bahan yang cukup untuk bisa membuat majalah sekolah kembali. Berkat Nyalanesia, api literasi membuat majalah sekolah yang sempat padam itu jadi menyala kembali.
Saat saya buka majalahnya memang sangat mengharukan sekaligus membanggakan. Majalah sekolah edisi perdana setelah 1 tahun vakum gara-gara pandemi itu membahas kegiatan SMP Santo Yoseph bersama Nyalanesia disertai foto-foto bersama semua fasilitas yang diberikan Nyalanesia. Ada spanduk, plakat, piagam, lencana, dan buku-buku karya SMP Santo Yoseph bersama Nyalanesia. Semuanya dipegang dan dipamerkan oleh wajah-wajah gembira penuh sukacita. Tak ketinggalan profilku sebagai Tokoh Penggerak Literasi Nasional juga dibahas di situ. Majalah ini juga memuat karya tulis para guru dan murid terpilih berupa artikel, gambar karikatur dan anime, cerpen, puisi, galeri foto prestasi akademik dan non-akademik yang diraih murid-murid, kegiatan OSIS, sampai ucapan selamat jalan melepas kepergian seorang siswa yang meninggal entah karena sakit atau apa akupun tak tahu. Yang jelas aku terharu membaca majalah itu.
Saat pamit pulang akupun memberikan sebuah buku pada Suster Imeldina. Buku tunggal karyaku sendiri berjudul “Tiongkok Tanah Leluhurku, Tapi Indonesia Tanah Airku”. Sebuah buku yang berisi curahan isi hatiku sebagai double minority di negeri ini dengan segala suka dukanya.
Dan uniknya, buku tunggalku itu diterbitkan oleh Nyalanesia tempatku selama ini menjalankan tugas sebagai Sosialisator Program Literasi Nasional di Bali. Jadi, baik aku maupun Suster Imeldina sama-sama saling bertukar karya berkat Nyalanesia. Nyalanesia yang sudah mempertemukan kami. Nyalanesia juga yang membangkitkan semangat kami berkarya di bidang literasi.
Akankah karya kami terhenti hanya sampai di sini? Aku rasa tidak. Sebab baik dari Nyalanesia maupun dari Suster Imeldina aku bisa mengambil kesimpulan. Bisa menghasilkan sebuah karya adalah pencapaian yang harus terus dilanjutkan dalam bentuk keteladanan, kemajuan, serta serangkaian aksi nyata untuk menciptakan perubahan. Bisa menghasilkan sebuah karya ternyata bukanlah titik akhir sebuah perjalanan. Setiap selesai berkarya justru akan menjadi titik balik bagi kami untuk hadir dengan karya baru lagi di tahun-tahun yang akan datang. Kami akan terus semangat berkarya membangun bangsa. Dengan cara inilah kami mengabdi pada Ibu Pertiwi, Indonesia tanah air tercinta. Amin. Terpujilah Tuhan.
Denpasar, 5 Agustus 2021
Jemima Mulyandari