Klunting. Satu notifikasi muncul di layar smartphone. Ada pesan gambar dari grup whatshapp tim literasi sekolah yang dikirimkan oleh salah seorang rekan guru. Saya membukanya dan mebaca sekilas. Seketika mata ini terbelalak meihat kata demi kata yang tertera: Rekrutmen Nasional 100 Sosialisator Program Literasi Nasional.
Pertama yang terlintas di kepala saya ialah bisa bekerja sama dengan para pemerhati literasi untuk melakukan sebuah hal yang berarti. Tanpa pikir panjang saya mendaftar. Jujur, saya pikir sedikit pesaing yang ikut berkompetisi. Di luar dugaan, ribuan yang turut serta. Ada sepercik keharuan di dalam hati. Ternyata, begitu banyak yang peduli akan literasi di negeri ini.
Sampai pada saat diumumkannya 500 kandidat sosialisator Program Literasi, saya tidak menyangka bahwa para kandidat mempunyai background yang luar biasa. Ada doktor, kepala sekolah, founder komunitas, motivator bahkan artis. Wah! Saya seketika minder alias rendah diri.
Terbayang dalam benak saya kandidat yang notabene kepala sekolah dengan mudah mengumpulkan peserta baik secara luring maupun daring untuk sosialisasi. Sementara kandidat yang juga seorang motivator, bisa lancar tanpa hambatan dalam interaksi ketika sosialisasi. Apalah saya yang belum banyak relasi dan koneksi.
Tak hanya kendala dari dalam diri sendirI. Jadwal uji penerjunan yang bertepatan dengan kesibukan akhir tahun ajaran di sekolah pun turut serta menambah kegalauan. Namun hal tersebut tidak membuat saya patah semangat. Ditambah adanya dorongan dari orang-orang terdekat yang membuat saya mengingat kembali tujuan mengikuti program ini.
Seperti kata Bu Tejo dalam film pendek ‘Tilik’, intinya marilah kita menjadi manusia yang solutif. Saya tinggalkan segala pikiran negatif dan rasa pesimis, kembali memupuk keberanian dan rasa percaya diri.
Dimulai dari sekolah tempat saya mengajar. Respon positif dari teman-teman membuat saya semakin optimis. Mulai dari ketua tim literasi, waka kurikulum dan kepala sekolah antusias terhadap program GSMB ini.
Kata-kata semangat dari Bu Yanik, kepala sekolah tempat saya mengajar membuat saya semakin percaya diri dalam membagikan hal baik ini ke sekolah lainnya.
Memang, salah satu hal tersulit ialah mengawali sesuatu. Terkadang kita sudah merasa takut terlebih dahulu. Takut akan kegagalan atau takut terhadap penolakan. Namun ketika satu langkah awal itu sudah kita lakukan, percayalah langkah-langkah berikutnya akan terasa ringan dan menyenangkan. Tetaplah menebar kebaikan karena Tuhan akan menunjukkan jalan.