Setelah melalui beberapa tahapan seleksi, saya dan 87 rekan dilantik secara resmi sebagai Sosialisator Program Literasi (SPL) Nasional bersama 90 Penggerak Literasi Daerah (PLD) se-Indonesia. Sebelumnya kami diseleksi mulai dari peserta yang berjumlah 3000-an, dipangkas menjadi 1000 besar, kemudian 500 besar dibarengi dengan uji penerjunan di lapangan untuk memberikan sosialisasi tentang Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB).
Berbagai kisah unik penuh tantangan menyelimuti perjalanan saya menjadi SPL Nasional semisal, penolakan, tidak dipersilahkan duduk, bertemu rekan-rekan guru yang cuek atau kepala sekolah yang super sibuk. Cerita itu telah saya goreskan dalam tulisan yang berjudul, Tersandung Tapi Terus Berjalan.
Pada momentum pelantikan yang digelar secara virtual (Rabu/14/7/2021), saya memperoleh kesempatan yang penuh rahmat karena berkesempatan menemui salah satu sosok terkenal, Andy Noya. Perjumpaan dengan tuan rumah talkshow Kick Andy itu merupakan peristiwa langka bagi kami yang domisilinya jauh di belahan timur Indonesia.
Dalam durasi istimewa, pria berkepala pelontos tersebut deras mengalirkan kisah hidupnya yang penuh inspirasi. Walau dalam sesi yang terbatas secara virtual, banyak nilai yang terkandung darinya. Pengalaman pertemuan itu saya namakan, sedikit waktu yang memberi banyak.
Kali ini, saya menuliskan kembali perjalanan hidup Andy Noya yang ia kisahkan secara gamblang. Menggoreskan itu sama seperti menggambarkan proses intan yang diasah menjadi berlian hingga indah kemilau cahayanya. Sungguh sebuah petualangan panjang yang mengagumkan, diwarnai dengan beragam tantangan serta kesulitan, menjadikan Ia layaknya kristal yang dipoles, dipotong sehingga tampak cemerlang, gemerlap dan membiaskan refleksi cahaya.
Luput dari pengetahuan banyak orang, Andy Noya berkembang dalam keluarga yang sederhana. Ia lahir dari ibu yang adalah seorang kasir restoran dan ayah seorang teknisi mesin ketik. Kesulitan ekonomi menjadi ihwal, ia dan keluarganya perpindah-pindah kota. Semenjak balita, remaja dan dewasa, ia mengembara dari Surabaya, Malang, Papua hingga Jakarta.
Sampai ketika perpisahan kedua orang tuanya terjadi. Bak pukulan telak yang mendarat di sekujur tubuh menembus ke hati, Andy Noya hampir putus asa. Seperti domba kehilangan gembala, Ia kehilangan arah. Namun, kehadiran salah seorang guru kembali menyadarkannya untuk tidak menyerah dan terus berjalan mengejar mimpi. Kemampuan menulisnya diasah menjadi tajam hingga ia mampu mewujudkan cita-citanya menjadi wartawan.
Hebatnya, ketika sukses ia tidak melupakan orang-orang yang berjasa. Kisah pencarian terhadap seorang guru yang telah memberikannya inspirasi untuk bangkit dari keterpurukan, menjadi salah satu puncak dari kerendahan hati seorang Andy Noya.
Andy Noya ibarat intan yang ditemukan gurunya dalam pendulangan kehidupan. Ia dibentur dan dibentuk dengan keras hingga menjadi pribadi yang cemerlang dan kini memantulkan cahaya inspirasi bagi banyak orang.
Melihat atau sekedar membayangkan sosoknya, akan terpancar ragam nilai kehidupan nan luhur. Pertama, Andy Noya, seorang anak yang berhasil keluar dari keterpurukan. Darinya dapat dipetik pelajaran bahwa orang-orang hebat terlahir dari kesulitan, tantangan dan air mata.
Kedua, Andy Noya mengembangkan bakat menulis hingga menjadi wartawan yang adalah cita-citanya. Banyak orang mengalami masalah yang serupa dengannya dan sebagian besar melampiaskan emosinya secara negatif hingga terjerumus pada jalur-jalur pelanggaran yang berbahaya. Ia memberikan teladan, setiap manusia diberikan talenta istimewa oleh Tuhan. Andy Noya seperti berkata, “Jangan kehilangan harapan dengan membiarkan talenta itu terkubur oleh masalah,kesulitan dan putus asa.”
Ketiga, Andy Noya bertemu guru yang menginspirasi. Kisahnya secara tidak langsung menunjukan model guru yang ideal, yakni guru adalah gembala. Gembala mengenali dombanya, menghantarkan kawanan domba ke padang hijau, memastikan domba menyantap penuh kenyamanan dan gembira serta menuntun kembali ke kandang dengan selamat. Apabila ada domba yang hilang, gembala akan mencarinya sampai dapat.
Seperti itulah gambaran sang guru yang telah menemukan kembali Andi Noya yang hilang. Sang guru mengarahkan muridnya pada tujuan hidup yang sejati, membekali anak didiknya dengan santapan pengetahuan dan karakter baik, serta memastikan ia memilih jalan hidup yang tepat sesuai dengan bakat dan potensinya.
Keempat, Andy Noya sosok rendah hati yang tahu bersyukur dan berterima kasih. Ia tidak lupa dari mana ia berasal dan ingat akan kehadiran tangan Tuhan lewat sesama. Penghargaannya terhadap guru adalah bentuk pengakuan bahwa guru adalah titisan yang memberi dampak besar bagi kehidupannya. Itu juga merupakan tamparan kasih Andy Noya untuk orang-orang yang hingga saat ini masih menganggap rendah binaan tangan seorang guru.
Masih banyak nilai-nilai luhur yang bisa dipelajari dari tokoh yang satu ini. Sekali lagi, saya adalah salah satu orang yang beruntung boleh se-forum dan mendengarkan secara langsung kisah darinya. Oleh karena itu, melalui goresan sederhana ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Nyalanesia yang selalu menyediakan ruang dan waktu berahmat bagi kami. Ruang dan waktu yang walau sedikit namun memberikan banyak hal positif.
Sebagaimana Andy Noya yang semangat menebarkan inspirasi, sebagai sosialisator literasi kami pun wajib menyalakan obor literasi untuk membakar semangat anak-anak bangsa dan menghantar mereka menjadi generasi-generasi yang cemerlang, gemerlap dan membiaskan cahaya terang.