Pandemi covid-19 selama dua tahun berdampak pada hampir semua sendi kehidupan. Begitu pula dalam dunia pendidikan. Semua Lembaga pendidikan memberlakukan pembelajaran secara daring. Disadari ataupun tidak, hal ini tentu memaksa anak untuk menggunakan gawai dalam proses pembelajaran mereka. Hal yang sebelum masa pandemi merupakan sebuah larangan. Tentu saja hal ini berdampak pada siswa antara lain rendahnya minat baca mereka karena lebih cenderung memilih hiburan.
Sekarang, masa pandemi itu sudah berlalu. Pelan tapi pasti kehidupan mulai berjalan normal meski masih harus mentaati protokol kesehatan. Sekolah sudah berjalan normal, siswa masuk seratus persen dan tidak lagi menjalankan PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas).
Namun, meski pandemi sudah berlalu, tak dapat dipungkiri dampaknya masih tersisa. Siswa mulai kecanduan dengan gawai mereka. Mereka menghabiskan waktu dengan gawai untuk kegiatan yang kurang bermanfaat. Bahkan saat bermedia sosial atau menggunakan jejaring sosial di dunia maya, penggunaan bahasa yang baik dan santun menjadi terabaikan.
Sebagai guru tentu saya sangat prihatin terhadap hal ini. Berbagai upaya pun kami lakukan untuk memberikan edukasi tentang bagaimana bermedia sosial dengan baik, aman dan berbudaya. Akan tetapi di sisi lain, kami belum menemukan formula yang tepat untuk menyalurkan uneg-uneg yang selama ini mereka jadikan sebagai status baik melalui akun WhatsApp, Facebook maupun Instagram.
Sampai suatu saat saya yang tergabung dalam komunitas guru menulis memperoleh informasi tentang Sosialisator Pegiat Literasi (SPL) Nasional yang diprakarsai oleh Nyalanesia, start-up pengembangan Program Literasi secara terpadu. Literasi menjadi wadah yang tepat untuk menyalurkan uneg-uneg para siswa.
Saya pun memberanikan diri untuk menjadi bagian dari pegiat literasi. Setidaknya itulah yang menjadi bagian dari prinsip hidup saya yaitu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain sebagaimana sabda Rasulullah SAW :”Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”
Sosialisator Pegiat Literasi (SPL) Nasional merupakan program kolaborasi yang dikembangkan oleh Nyalanesia sebagail langkah untuk mewujudkan sinergi antara program-program literasi dan pendidikan Nyalanesia dengan para pegiat literasi dan Pendidikan di seluruh Indonesia.
Adapun program ini dikembangkan dengan tujuan :
- Percepatan sosialisai dan pengembangan Gerakan literasi Nasional;
- Pengembangan kompetensi dan pembentukan penggerak literasi dan komunitas literasi hingga ke pelosok negeri;
- Pemberdayaan ekonomi bagi para penggerak literasi dan Pendidikan Indonesia;
- Peningkatan kompetensi dan produktivitas berkarya bagi para pelajar dan pendidik di seluruh Indonesia;
- Pengembangan literasi yang tepat guna, masif dan berkelanjutan bagi sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Saya bersyukur sampai di titik ini setelah melewati tahapan demi tahapan. Sebagai kandidat SPL Nasional saya pun menjalani Uji Penerjunan ke sekolah-sekolah. Tentu sebelumnya saya berkomunikasi dengan rekan sejawat baik dari satu sekolah maupun dari sekolah lain. Selain itu, saya juga berkomunikasi dengan beberapa kepala sekolah yang sudah saya kenal secara pribadi.
Rencana awal saya akan melakukan sosialisasi ke beberapa sekolah sasaran secara langsung. Saya pun berkomunikasi dengan teman sesama KSPL Nasional 2022 dalam satu kabupaten. Kami berbagi wilayah yaitu saya kebagian kabupaten Pasuruan bagian timur.
Saya mulai menyampaikan informasi terkait kegiatan sosialisasi kepada beberapa kepala sekolah dan guru di wilayah sasaran tersebut. Beberapa dari sekolah sasaran tersebut sudah memberikan respon baik, bersedia untuk dilaksanakan sosialisasi SPL tersebut. Jadwal sudah saya buat, tinggal pelaksanaan.
Manusia bisa merencanakan, Tuhan yang menentukan. Sehari sebelum pelaksanaan, secara mendadak saya mendapat undangan Rapat Koordinasi Implementasi Kurikulum Merdeka. Sebagai calon Guru Penggerak, saya pun wajib memenuhi undangan itu. Dan sosialisasi untuk sementara dituda. Pada akhirnya saya melaksanakan sosialisasi melalui komunitas MGMP IPA SMP secara online.
Alhamdulillah respon baik dari peserta yang mengikuti kegiatan sosialisasi SPL Nasional. Meski hanya 6 peserta yang hadir secara online. Pada umumnya mereka menanyakan tentang jumlah minimal peserta dan pendanaan. Dapat disimpulkan bahwa secara umum mereka merasa keberatan kalau harus didanai oleh BOS.
Sampai saat bincang-bincang dengan mentor terkait sosialisasi SPL Nasional saya merasa ciut Ketika mendengarkan sharing ataupun pertanyaan dari kandidat lain. Betapa di daerah mereka memiliki antusias yang sangat tinggi, sementara di wilayah saya respon itu kecil sekali. Bahkan saat saya komunikasi tentang rencana bekerjasama dengan dinas terkait yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, saya seperti tidak memiliki “ghirah” (semangat) untuk menyampaikan. Betapa tidak, informasi yang saya terima dari kepala sekolah saya mengatakan bahwa dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kurang merespon. Lagi-lagi karena alasan pendanaan.
Sesulit apapun itu, saya tetap akan berusaha. Sekecil apapun hasilnya saya harus tetap optimis. Alhamdulillah satu sekolah sudah mendaftar. Semoga diikuti oleh sekolah lain. Demikian juga sekolah saya sendiri yang sampai tulisan ini saya buat belum mendaftar.
Rencana mengadakan webinar yang difasilitasi oleh Nyalanesia pada hari Jum’at, 19 Agustus nanti semoga membuahkan hasil. Semoga ada tambahan lagi sekolah yang mendaftar. Harapan itu masih ada.
Sehari menjelang deadline pendaftaran, dengan difasilitasi oleh Nyalanesia mengadakan webinar tentang sosialisasi GSMB Nasional 2022. Mentor saya, Kak Gemini Mursela Putrisuyatno menjadi narasumber dalam giat tersebut. Alhamdulillah dari sekitar 23 peserta yang hadir dalam webinar tersebut, ada satu sekolah yang mendaftar yaitu SMKN Wonorejo dengan guru koordinator bernama Ibu Ana Zuyyinah, M.Pd pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris sekaligus sebagai kepala perpustakaan.
Yang membuat saya merasa terharu, tersanjung sekaligus bangga adalah kehadiran Bapak Mohammad Syafi’I selaku Kasi Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan dalam webinar tersebut. Ini benar-benar di luar ekspektasi saya. Karena sejak awal saya merasa ragu untuk menyampaiakn rencana webinar yang melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Selain itu kehadiran Ibu Wahyuni, M.Pd selaku Plt Kepala Sekolah di tempat saya mengabdi juga menjadi obor tersendiri bagi saya.
Yang membuat saya terharu juga adalah pada akhirnya sekolah saya ikut daftar dengan coordinator Ibu Siti Nadifa, S.Pd pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Menjadi kandididat SPL Nasional adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Menumbuhkan optimisme bagi saya untuk memberikan pendidikan literasi baik di sekolah saya sendiri maupun sekolah lain. Semoga saya lolos dalam Uji Penerjunan ini dan lolos menjadi SPL Nasional 2022. Kiranya Allah SWT, Tuhan Yang Maha Baik memberikan kemudahan bagi hambaNya untuk melakukan dan menyebarkan kebaikan demi kemajuan dan peningkatan mutu Pendidikan di Indonesia dan wilayah Pasuruan pada khususnya.
Saya Izatul Laela, guru mata pelajaran IPA di SMPN 2 Wonorejo. Kesibukan saya selain mengajar saya juga sebagai calon guru penggerak Angkatan ke 4 dari kabupaten Pasuruan. Aktivitas lain yaitu menulis, beberapa sudah menjadi buku baik solo maupun antologi Bersama siswa maupun komunitas yang lain. Teman-teman bisa mengunjungi blog saya : izatullaela.blog.spot atau di akun facebook : Izatul Laela untuk sekedar berbagi atau berdiskusi. Salam literasi!