YA TUHAN, MUDAHKAN AKU MENJEMPUT KEBAIKAN ITU - Penggerak Literasi

YA TUHAN, MUDAHKAN AKU MENJEMPUT KEBAIKAN ITU

Oleh : Dewi Sofiana

Moment terpilih menjadi bagian dari penggerak literasi Nyalanesia adalah sesuatu yang sangat berkesan dalam perjalanan hidup saya. Ini adalah jawaban indah Tuhan atas doa dan harapan yang senatiasa saya lantunkan dalam bait-bait doa. Rasa haru seketika membuncah tatkala melihat nama saya termasuk  dalam daftar nama -nama terpilih para penggerak literasi dari seluruh penjuru Indonesia. Segala kelelahan yang teramu dalam perjuangan uji penerjunan  penuh  suka duka   menguap tuntas, lebur bersama rasa syukur yang tak terhingga.

Terkenang kembali saat awal mengikuti tahapan seleksi menjadi Sosialisator Program Literasi Nasional oleh Gerakan Menulis Buku Indonesia yang sekarang telah berganti nama menjadi Nyalanesia. Antara kesungguhan  dan selipan rasa khawatir memenuhi rongga dada. Saya berharap dapat bergabung dengan Nyalanesia, akan tetapi rasa khawatir dan ragu juga tak kalah kuat datang mengganggu, mengingat akankah saya mampu membawa program baru ini di daerah saya. Kemudian, saya kuatkan tekad dan teguhkan hati untuk melalui semua tahapan seleksi  termasuk uji penerjunan. Saya panjatkan doa pada Yang Maha Kuasa, karena Dialah satu-satunya Zat yang saya yakini dapat menolong setiap kesulitan hamba-NYa. Doa saya sederhana, “Ya Tuhan, jika ini baik, mudahkan saya menjemput kebaikan itu”. Doa tersebut saya panjatkan di setiap  waktu. Doa ini yang membuat saya kuat dan terus bertahan untuk tidak menyerah.  Dalam uji penerjunan komitmen, dedikasi, integritas, pantang menyerah dan ketulusan adalah hal mutlak yang harus dimiliki. Bagaimana tidak, dalam uji penerjunan kita dituntut mampu bekerja secara mandiri, mengorganisir kegiatan secara mandiri pula, dan tidak dipantau secara langsung. Artinya apapun yang kita lakukan adalah berdasarkan kesadaran dan rasa tanggung jawab. Hanya modal sikap tersebutlah  yang membuat kita dapat bertahan dan dapat melaluinya dengan baik. Plus hal penting yang tak boleh di abaikan, yaitu berdoa pada Sang Pengatur Kehidupan.

Saya yakin tak ada yang terjadi secara kebetulan di muka bumi ini. Tuhan sudah atur segala sesuatunya dengan indah. Alhamdulilah, doa saya diijabah-Nya. Saya terpilih sebagai salah satu dari 41 orang SPL Nasional tahun 2020 dan kembali mendapat kesempatan di tahun 2021, bergabung dengan 88 orang penggerak literasi terpilih dari seluruh penjuru tanah air, dari ribuan peserta yang ikut ambil bagian dalam proses pemilihan tersebut.

Pengabdian sebagai SPL Nasional pada tahun 2020 lalu telah menorehkan kesan mendalam bagi saya. Tentang lika-liku perjuangan mengampanyekan program literasi  ke sekolah-sekolah, audiensi dengan pihak pemerintah dan terkait lainnya, serta upaya menjalin kolaborasi demi suksesnya program yang sedang di usung yakni Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional. Semua itu dilakoni dengan tidak mudah dan membutuhkan mental pantang menyerah, termasuk bagaimana bertahan dengan kondisi keuangan yang menipis.  Perlahan  namun pasti hasil mulai terlihat. Literasi terus bergeliat. Sekolah mulai welcome terhadap program GSMB Nasional dan ikut serta  menggelorakan literasi terhadap para anak didiknya. Siswa banyak ikut menulis dan melahirkan karya buku. Mereka berasal dari jenjang SD, SMP maupun SMA sederajat.   Lalu momen mendampingi para siswa hingga launching buku karya mereka adalah kebahagiaan yang tak terlukis kata. Bagaikan mimpi rasanya ketika buku-buku antologi karya siswa dengan proses yang tidak mudah itu telah terbit. Sesuatu yang sempat dirasa mustahil itu akhirnya menjelma menjadi kenyataan yang amat membahagiakan. Kebahagian semakin membuncah, ketika digelar launching buku  yang turut dihadiri oleh orang tua siswa. Sebuah keharuan bagi saya melihat rona bahagia tergambar jelas di wajah siswa penulis dan orang tua yang mendampinginya sembari menggenggam erat buku impian mereka. Saya terkenang kembali masa-masa awal dahulu. Semua itu telah terlalui. Kini gaung literasi telah ditabuh. Obor telah dinyalakan. Semangat sudah dilecut.  Pesta literasi telah dimulai.

Pengabdian sebagai SPL Nasional bersamaan dengan hadirnya wabah pandemi di negeri ini telah memberikan tantangan besar. Beragam kesulitan dan kendala  muncul. Semangat yang selalu saya tekankan pada siapa saja terkait hal ini adalah “pandemi telah melumpuhkan pendidikan kita, tetapi pandemi tak boleh melumpuhkan kreatifitas kita”. Di tengah keadaan yang tidak kondusif, saya berusaha untuk tidak menyerah. Berkat kesungguhan dan doa yang tak henti, beragam kemudahan dan nikmat kemudian datang bagaikan keajaiban. Bonus terindahnya  adalah  ketika daerah saya ikut harum namanya pada ajang Festival Literasi Nasional Maret 2021 atas prestasi yang diraih berupa Juara 1 Puisi Terbaik Nasional Tingkat SMP/MTs.

Perjalanan saya bersama Nyalanesia terus memberikan berbagai kejutan dan pengalaman yang sangat berharga. Saya bagaikan berada dalam lingkaran magnet positif yang tak henti  memancarkan energi kebaikan dan semangat yang menyala-nyala. Banyak hal yang sebelumnya terasa mustahil dan ibarat mimpi, kemudian satu persatu terwujud dan menghadirkan kesan indah yang tak akan pernah dapat saya lupakan sepanjang hidup. Bertemu dengan orang-orang baik, tokoh-tokoh hebat ataupun sosok idola yang tak pernah terbayang sebelumnya jika suatu saat bisa satu forum atau bahkan sebuku dengannya. Semua itu luar biasa indah bagi saya.

Bertemu dengan Andy F. Noya pada pelantikan SPL Nasional dan Penggerak Literasi Daerah, 14 Juli 2021 adalah salah satu daftar kemustahilan yang menjelma menjadi nyata. Andy adalah idola saya. Sosok Andy yang saya kagumi sebagai tuan rumah acara favorit saya “Kick Andy“, (selama ini hanya bisa saya tonton di layar televisi) akhirnya bisa berada dalam satu forum berkat Nyalanesia. Banyak hal berharga yang saya dapat dari beliau. Sangat menyentuh dan membekas di hati. Perjalanan hidupnya yang tidak mudah dan penuh lika-liku hingga menjadi seperti sekarang sungguh menginspirasi.  Dari beliau saya juga belajar banyak tentang konsep berbagi, menjadi insan Tuhan yang baik dan bagaimana menjaga integritas.  Perkataan beliau  yang begitu saya ingat ketika berbicara pada forum pelantikan tersebut  adalah “yakinlah bahwa anda adalah orang yang telah terpilih untuk menjadi jembatan kebaikan bagi sesama”. Kalimat ini mengingatkan pada doa yang senantiasa saya panjatkan “Ya Tuhan, jika ini baik, mudahkan saya menjemput kebaikan itu”. Alhamdulilah, sekarang Tuhan sudah mengabulkannya. Tuhan telah memilih saya. Betapa jahatnya saya jika justru menyia-nyiakan amanah mulia ini.

Bukik Setiawan adalah tokoh yang telah meleburkan daftar kemustahilan berikutnya. Tak pernah terpikir jika suatu saat saya akan satu forum dengan tokoh literasi dan pemikir merdeka belajar tersebut. Beliau  telah mengajari saya bagaimana menjadi manusia tangguh yang harus bertahan dalam tahapan melompati jurang. Beliau semakin meneguhkan hati  saya agar  mampu bersabar melewati zona tidak nyaman saat masih berada dalam tahap diabaikan, ditertawakan, dikritik untuk kemudian akan menerima kado indah berupa “penerimaan”.

Harapannya, kekuatan magnet positif dengan semangat kebaikan luar biasa yang saya dapatkan dari sosok Andy F. Noya dan Bukik Setiawan dapat mengkristal dan membersamai kehidupan saya untuk melakukan hal serupa. Tahun 2020 sudah berlalu, kini saya tertuntut untuk mampu melakukan dan memberikan sumbangsih yang lebih baik lagi di tahun 2021. Semoga Tuhan berkenan memberikan kekuatan dan kemudahan  agar saya mampu berjuang dan mendedikasikan diri untuk menggairahkan dan membudayakan literasi dalam kehidupan demi kemajuan pendidikan dan peradaban Indonesia.

Artikel Terkait