Literasi merupakan kebutuhan kebutuhan masyarakat maju saat ini. Bila daerah dan negara mau maju, maka literasi suatu negara harus terus dikembangkan. Literasi saat ini tak hanya sebatas membaca, tetapi terus berkembang lebih produktif yaitu menulis. Malah Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Mas Nadiem Makarim, mengatakan “kalau kita ingin melakukan tranformasi pembelajaran di salam suatu ruang kelas, maka harus banyak tanya, banyak coba, banyak karya.” Inti dari pernyataan ini adalah literasi itu juga berbicara karya, salah satunya dalam bentuk buku bacaan. Literasi produktif ini juga berada dipundak seorang guru.
Sebagai seorang guru, saya dari dulu bermimpi menjadi penggerak literasi di daerah secara masif dan berkelanjutan. Namun bergerak sendiri pastinya akan banyak kendala, berbeda jika bergerak secara bersama-sama, hasilnya akan lebih positif dan cenderung sempurna. Saya sebenarnya selama ini sudah mulai bergerak sendiri-sendiri untuk mengkampanyekan literasi dari sekolah ke sekolah. Ini saya lakukan dalam setiap kesempatan yang diberikan sebagai narasumber suatu kegiatan. Nah, begitu saya mendapatkan informasi untuk seleksi menjadi Sosialitator Penggerak Literasi Nasional (SPL Nasional) langsung mendaftar. Saya berfikir inilah kesempatan saya untuk menggerakkan literasi di daerah secara bersama-sama. Daerah yang dulunya bekas konflik, harus mengejar ketertinggalan dengan literasi. Jangan seperti dikatakan dalam hadih maja:
“Buya krueng teudeung deung, buya tameung meuraseuki,” (Buaya Sungai Diam Ditempat, dan Buaya Pendatang Mendapatkan Kesempatan).
Artinya jangan sampai masyarakat asli menjadi penonton akibat ketidak mampuannya.
Hingga akhirnya saya terpilih menjadi SPL Nasional 2021, ini sebuah kado istimewa di medio tahun 2021. Kenapa tidak, selain saya dapat merealisasikan rencana saya, Nyalanesia juga memberikan kesempatan kepada kami untuk meng-upgrade diri. Para SPL Nasional yang sudah terpilih melalui seleksi yang begitu panjang, diberikan kesempatan untuk mengikuti berbagai workhsop sebagai amunisi ketika bergerak nantinya. Seperti pada hari Rabu, 14 Juli 2021 kemarin, sebuah kehormatan bisa diajak bersama berbincang dengan tokoh nasional Andy F. Noya dan Bukik Setiawan. Sebuah kesempatan yang begitu langka dan tak pernah terbesit dalam mimpi sekalipun.
Begitu banyak acara talkshow yang tayang di televisi hingga saat ini. Namun favorit saya tetap Kick Andy Show. Lagi-lagi saya tidak salah pilih, karena terbukti pada 2015 lalu, acara ini mendapatkan penghargaan sebagai acara televisi terbaik versi KPI. Tidak tanggung-tanggung, Kick Andy mampu mengalahkan 45 acara TV lainnya, tidak terbatas pada acara talkshow saja. Acara Kick Andy mulai tayang sejak tahun 2006 dan masih bertahan hingga saat ini.
Saya menyukai cara Andy Noya dalam memandu acara memang menarik dan penuh pesona. Gestur tubuh dan cara bicaranya memperlihatkan rasa empati yang besar kepada tiap narasumbernya. Selain itu, dalam dialog yang dilakukan, Andy Noya sangat memegang prinsip bahwa yang saat itu menjadi pusat perhatian adalah si narasumber, dan bukan dirinya. Tugasnya hanyalah menggiring agar pemirsa dapat tertarik bahkan terhanyut dengan kisah narasumber yang dikuliknya. Karena itulah, dia akan membiarkan narasumber yang lebih banyak bercerita, dan bukan dirinya. Kualitas ini yang saya lihat belum banyak dimiliki oleh pembawa acara talkshow lain di Indonesia.
Tahun ini, saya diberikan berkesempatan untuk bertemu langsung dengan bapak tiga orang putra ini melalui ruangan digital, yaitu dalam ruang zoom. Bahkan saya mendapat kehormatan sebagai perwakilan dari SPL Nasional. Kok bisa? Ya kami sebagai SPL Nasional sebelum dilaksanakan pelatikan diberikan senjata dan referensi untuk bekal bergerak di lapangand nantinya. Andy Noya yang begitu kuat aura kharismatiknya menjadi pematik bagi kami untuk terus menggerakkan literasi nantinya.
Gaya khas Andy Noya dalam membawakan acara Kick Andy ternyata juga sangat terasa saat saya menyaksikan langsung secara daring. Seorang Andy Noya mampu mengupas sisi lain dari literasi yang menarik untuk disimak oleh semua peserta. Walaupun tema acaranya mengenai penggerak literasi, namun cerita-cerita kecil di balik perjalanan hidup Andy Noya lah yang justru paling banyak dikulik. Alhasil acara yang berdurasi hampir tiga jam itu sama sekali tidak terasa membosankan, walaupun tanpa jeda iklan seperti di televisi
Kecintaannya kepada dunia tulis-menulis dan kemampuannya dalam berempati kepada orang lain telah membuatnya berhasil menyajikan acara yang akan selalu dikenang oleh banyak orang. Acara Kick Andy yang lebih menekankan pesan untuk menginspirasi orang lain dibanding pencapaian rating ternyata diganjar dengan berbagai penghargaan prestisius dalam dunia pertelevisian. Bila di luar negeri ada Oprah Winfrey, disini kita punya Andy F.Noya. Keduanya adalah orang yang mampu menciptakan banyak kebaikan sebagai buah dari kesulitan yang harus mereka lalui di dalam kehidupannya. Salut!
Andy Noya adalah sumber inspirasi. Banyak cerita suksesnya dalam berkarya dapat kami implementasikan. Lengkaplah bekal saya untuk menjadikan daerah Aceh Utara menjadi salah satu kabupaten penggerak literasi produkif. Kabupaten yang begitu banyak potensi ini akan terus Saya gali dan suatu saat akan menjadi kiblat pergerakan literasi di Indonesia. Pastinya saya tidak akan bisa berjalan sendiri, melalui SPL Nasional dan Nyalanesia impian saya akan tercapai. Semoga!